jatimnow.com - Perilaku usil pada anak usia dini seringkali membuat orang tua bingung atau bahkan frustrasi. Namun, perilaku tersebut tidak selalu berarti anak nakal, melainkan bisa jadi merupakan cara mereka bereksperimen atau mengekspresikan diri.
Dengan pendekatan yang tepat, orang tua justru dapat mengubah momen ini menjadi kesempatan berharga bagi anak untuk belajar memahami perasaan orang lain, mengelola emosi, dan mengembangkan empati.
Baca juga: Bukan Nakal! Ini 2 Alasan Ilmiah Anak Usia Dini Suka Mengusili Teman
Dara Farhana, seorang pendidik di Rumah Main Cikal Bandung, membagikan tiga strategi utama yang dapat diterapkan orang tua untuk menghadapi dan mendidik anak usil secara efektif:
1. Hindari Perintah Larangan (Do not) yang Kosong
Dara menyarankan agar orang tua sebisa mungkin menggunakan kalimat positif saat menasihati anak yang usil. Pendekatan ini lebih membantu anak memahami perilaku apa yang sebenarnya diharapkan.
“Dalam pendekatan pendidikan anak usia dini, lebih disarankan untuk menggunakan kalimat positif yang memberi tahu anak apa yang sebaiknya dilakukan, bukan hanya apa yang tidak boleh,” jelas Dara.
Ia memberikan contoh, alih-alih mengatakan, "Jangan dorong teman!", orang tua bisa menggantinya dengan, “Yuk, kita antri dengan tenang,”.
Meskipun demikian, penggunaan kata "Jangan" tidak diharamkan sepenuhnya. Dara menekankan bahwa jika kata larangan digunakan, harus diikuti dengan penjelasan yang logis agar anak memahami dampak dari tindakannya.
“Setelah mengatakan 'jangan', guru atau orang tua tetap memberi penjelasan singkat tentang alasannya, serta mengajak anak merefleksikan perbuatannya. Dengan begitu, anak tidak hanya tahu bahwa perilakunya dilarang, tetapi juga belajar tentang dampak tindakannya terhadap orang lain,” lanjut pendidik Rumah Main Cikal ini.
2. Hindari Memarahi Anak dengan Nada Tinggi
Strategi kedua adalah menghindari memarahi anak, terutama dengan emosi atau nada tinggi. Menurut Dara, memarahi anak bukanlah cara yang efektif untuk membuat mereka belajar dan merefleksikan perilakunya.
“Memarahi anak dapat berdampak kurang mendidik dan bahkan memperburuk perilaku dalam jangka panjang,” ungkap Dara.
Ia menyarankan bahwa pendekatan yang lebih efektif adalah dengan menenangkan anak terlebih dahulu, baru kemudian mengajaknya berbicara secara reflektif.
“Menjelaskan dampak dari perilakunya terhadap orang lain, dan membimbing mereka untuk memikirkan solusi atau cara bertindak yang lebih baik. Ini membantu perkembangan empati, tanggung jawab, dan regulasi diri. Kemampuan penting dalam kehidupan sosial anak,” tegasnya.
3. Ajak Anak Berdiskusi Reflektif (Tingkatkan Empati)
Kunci keberhasilan pendekatan ini adalah mengajak anak berdiskusi untuk merefleksikan perilakunya. Diskusi yang dilakukan secara lembut dan penuh hormat akan mendorong anak mengembangkan empati dan kesadaran diri.
“Misalnya dengan bertanya, 'Kira-kira perasaan temanmu seperti apa ya saat itu?' atau 'Kalau kamu diperlakukan begitu, kamu merasa bagaimana?'” saran Dara.
Pendekatan reflektif ini penting karena membantu anak mengembangkan empati, kesadaran diri, dan rasa tanggung jawab, tanpa mereka merasa takut atau malu.
Pendidik di Rumah Main Cikal meyakini bahwa relasi yang hangat dan penuh rasa hormat adalah dasar dari pembelajaran yang bermakna bagi anak usia dini