Pixel Code jatimnow.com

Bukan Nakal! Ini 2 Alasan Ilmiah Anak Usia Dini Suka Mengusili Teman

Editor : Ni'am Kurniawan   Reporter : Ali Masduki
Anak usil seringkali menyampaikan pesannya dan caranya berinteraksi. (Foto/Dok. Cikal)
Anak usil seringkali menyampaikan pesannya dan caranya berinteraksi. (Foto/Dok. Cikal)

jatimnow.com - Ketika seorang anak usia dini menunjukkan perilaku usil atau sering mengganggu temannya, reaksi spontan orang tua seringkali adalah melabeli mereka "nakal." Namun, para pendidik anak usia dini memiliki pandangan yang berbeda.

Perilaku anak usil, menurut pakar, adalah bagian alami dari proses tumbuh kembang dan upaya anak untuk memahami dunia interaksi sosial.

Dara Farhana, pendidik dari Rumah Main Cikal Bandung, menegaskan pentingnya orang tua menghindari pelabelan negatif. Ia menjelaskan bahwa perilaku anak usia dini nakal atau usil pada dasarnya adalah bahasa komunikasi yang belum sempurna.

"Anak usia dini yang usil seringkali tidak benar-benar mengerti bahwa tindakannya menyakiti atau mengganggu. Mereka mungkin hanya sedang belajar berinteraksi dengan lingkungan sekitar," jelas Dara.

Menurut Pendidik Cikal ini, ada beberapa alasan mendasar mengapa anak menunjukkan perilaku usil, dan semuanya terkait erat dengan tahapan perkembangan kognitif dan emosional mereka.

"Penyebab umum anak usia dini bersikap usil biasanya karena mereka sedang dalam proses belajar memahami diri sendiri dan orang lain. Anak-anak mungkin bersikap usil karena ingin mencari perhatian, menguji batas sosial, atau karena mereka belum sepenuhnya memahami bahwa perilakunya bisa membuat temannya tidak nyaman," kata Dara.

Hal ini menunjukkan bahwa tindakan usil adalah upaya anak untuk mengirimkan pesan, meskipun disampaikan dengan cara yang tidak tepat.

Dara menambahkan bahwa penyebab anak usil juga seringkali muncul sebagai ekspresi emosi yang salah arah. Misalnya, saat anak merasa bosan, cemas, atau bahkan ingin mengajak teman bermain tetapi tidak tahu cara yang benar.

"Perilaku usil bisa muncul saat anak kesulitan mengekspresikan emosinya, seperti rasa bosan, cemas, atau ingin bermain tapi belum tahu cara yang tepat untuk mengajak teman," imbuhnya.

Ia menuturkan bahwa anak usia dini masih berada pada tahap awal pengembangan empati dan regulasi emosi. Oleh karena itu, tugas orang tua dan pendidik adalah memberikan pendampingan intensif.

"Anak butuh pendampingan untuk mengenali perasaannya sendiri dan belajar berinteraksi secara positif. Ini adalah fase pembelajaran, bukan indikasi kenakalan," pungkas Dara, menyarankan orang tua untuk mendekati perilaku usil dengan rasa ingin tahu dan kesabaran, bukan dengan hukuman.