jatimnow.com - Di balik kejadian keracunan massal gas beracun yang dialami warga di Kecamatan Ijen, Bondowoso, ada kisah yang mengerikan dari saksi mata letusan di Gunung Ijen.
Adalah Aripin, Petugas Sulfutara Kawah Ijen. Aripin, yang sudah mengabdi selama 28 tahun itu bercerita dengan nada bicara bergetar.
Saat kejadian, dia sedang berada di Pos Bunder sekitar pukul 17.00 WIB. Dia merasakan ada tanda-tanda yang tidak biasanya.
Baca juga: Kawah Ijen Keluarkan Gas Beracun, Wisatawan Dilarang Mendekat
"Saya bergegas menuju ke kawah, karena saya mendengar suara gemuruh dari arah kawah. Dan di sana ada teman penambang belerang," katanya memulai cerita, saat dikonfirmasi, Kamis (22/3/2018).
Beberapa menit kemudian Aripin sampai di bibir kawah Ijen. Dia mulai melakukan pengamatan. Sekitar pukul 19.15 WIB ada letupan di kawah atau danau diiringi suara bergemuruh dari sisi timur kawah. Disusul kemudian letupan di tengah-tengah danau.
"Dan tak berapa lama letusan dahsyat ada di sisi barat danau, suaranya dahsyat. Suaranya seperti banjir bandang besar. Letusan mengeluarkan asap putih pekat yang menyelimuti seluruh danau," kenangnya dengan nada bergetar kepada jatimnow.com.
Asap putih pekat itu membuat matanya perih dan sesak nafas. Disaat bersamaan, ia melihat ada tiga penambang belerang di dasar kawah. Aripin yang saat itu bersama satu rekannya memutuskan untuk menyelamatkan tiga penambang belerang, meski nyawanya juga terancam.
"Saya selamatkan dulu teman penambang belerang, ayo lari lari cepat lari saya perintahkan seperti itu," tambahnya.
Detik-detik menegangkan itu disebutnya diantara hidup dan mati. Bagaimana tidak, Aripin dan rekannya serta tiga penambang belerang menyelamatkan diri melalui jalur yang tidak semestinya. Karena jalur pendakian sudah dikepung asap beracun.
Baca juga: Dinilai Aman dari Gas Beracun, Wisata Gunung Ijen Kembali Dibuka
"Saya berlari sekuat tenaga, menghindari asap yang sudah mengepung. Melewati tebing-tebing terjal. Alhamdulillah saya masih diberi selamat dan sampai di Pos Bunder," urainya.
Menurut Aripin, air di danau atau kawah Ijen sudah meluber meski tidak ada hujan di hari itu. Menurutnya, disaat intensitas terik matahari meningkat menjadi saat yang paling genting.
Karena sinar matahari bisa memicu pergerakan vulkanik. Dan biasanya akan terjadi letupan di kawah disertai asap putih pekat dan hitam.
"Saya mengabdi 28 tahun di kawah Ijen, sampai hafal karakter Ijen. Dan juga membedakan mana asap yang beracun dan tidak," katanya.
Letusan di Kawah Ijen yang mengeluarkan asap beracun mulai mereda sekitar pukul 04.00 WIB, Kamis (22/3/2018). Saat dihubungi lewat telepon selulernya, Aripin mengaku sedang berada di puncak gunung Ijen untuk kembali bertugas.
Baca juga: Belum Aman Bagi Wisatawan, Gunung Ijen Masih Ditutup
"Saya sekarang di puncak Ijen, sedang lakukan pengamatan. Gas beracun yang tadi malam meninggalkan bekas yang luar biasa. Residu gas beracun mengkristal di bebatuan sepanjang jalur pendakian dan menutup permukaan danau," tutupnya.
Gas beracun yang terjadi Rabu (21/3) malam tersebut juga berdampak kepada warga di perkampungan yang tinggal di lereng Gunung Ijen yaitu Dusun Margahayu, Watu Capil dan Curah Macan, Sempol, Kecamatan Ijen, Bondowoso. 200 orang diungsikan.
Dari 30 orang yang terdampak itu 2 Orang dirujuk di RS Bondowoso dan 24 dirawat di puskesmas Kecamatan Ijen dan sisanya dirawat di Kecamatan Tlogosari.
Reporter: Irul Hamdani
Editor: Budi Sugiharto