Pixel Codejatimnow.com

Beri Kuliah Umum di Malang, Presiden Jokowi Bahas Islam Nusantara

Editor : Arif Ardianto  
Presiden Joko Widodo saat memberi kuliah umum di Unisma Malang.
Presiden Joko Widodo saat memberi kuliah umum di Unisma Malang.

jatimnow.com - Presiden Joko Widodo memberikan kuliah umum dihadapan mahasiswa Universitas Islam Malang (Unisma). Jokowi menyampaikan, dirinya merasakan aura Islam Nusantara.

Presiden Jokowi mengatakan, semangat Islam Nusantara menjadi modal utama bagi Unisma dalam menjaga keutuhan NKRI. Ia mengakui, semangat ini dirasakannya sendiri ketika memasuki area kampus Unisma.

"Ketika masuk ke kampus ini, saya merasakan aura Islam Nusantara. Saya merasakan pendidikan tinggi Islam yang maju dan modern. Saya juga merasakan NU yang maju dan modern. Saya merasakan kebesaran Islam Nusantara di kampus Unisma," ujar Presiden Jokowi saat memberikan kuliah umum dihadapan mahasiswa dan undangan di kampus Unisma, Kamis (29/3/2018).

Presiden mengatakan, pentingnya peran Islam Nusantara dalam menjaga keutuhan NKRI. Pasalnya, bangsa ini sangat besar dan majemuk, dimana jumlah penduduknya sebanyak 260 juta jiwa, memiliki 17 ribu lebih pulau, 714 suku, 1.100 lebih bahasa daerah dan terdiri dari bermacam-macam agama serta budaya.

"Semakin besar sebuah bangsa, semakin besar pula tantangannya. Dan tantangan kita adalah menjaga keutuhan NKRI. Jika tidak dijaga, bisa timbul perpecahan. Apalagi sekarang ini banyak sekali isu seperti isu PKI, antek asing, isu Indonesia bubar, isu komunis dan lainnya. Isu-isu seperti itu bisa membuat rakyat jadi pesimis," tuturnya.

Jokowi mencontohkan salah satu negara yang tidak berhasil dalam menjaga persatuan dan kesatuan dengan baik seperti Afghanistan. Fakta itu diketahuinya saat kunjungan kerja ke Afghanistan dan bertemu dengan Presiden Afghanistan Mohammad Ashraf Ghani.

"Presiden Ashraf Ghani bercerita, di negaranya hanya ada tujuh suku, namun sudah empat puluh tahun bertikai dan tiada henti berperang," ujarnya.

Peperangan tersebut dipicu sengketa antara dua suku, namun masing-masing suku itu membawa sekutu dari negara lain, sehingga sengketa meluas hingga lima suku lainnya terlibat dan akhirnya pecahlah perang. Peperangan tersebut mengakibatkan negara Afghanistan terpecah belah dan sangat sulit dipersatukan.

Baca juga:
Jokowi Tinjau Alutsista di Pangkalan TNI AU Iswahjudi, Ini Penjelasan KSAU

"Kondisi Afghanistan itu menjadi contoh betapa beratnya kehidupan di negeri yang tidak sama. Afghanistan hanya ada 7 suku, tapi bisa timbul perang dan susah sekali didamaikan. Kita ada 714 suku, karena itu NKRI harus dijaga melalui penguatan Islam Nusantara," jelasnya.

Presiden Jokowi meminta Unisma untuk menjadi contoh dan teladan dalam merawat kebhinekaan dan persatuan NKRI. Salah satu upayanya yakni, dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penggerak Bhineka Tunggal Ika.

"Unisma harus optimis bisa mengawal Indonesia untuk menjadi pemimpin negara-negara muslim di dunia. Karena Unisma adalah kebanggaan NU dan kebanggaan bangsa Indonesia. Unisma bisa mewujudkan Indonesia yang damai melalui semangat Islam Nusantara," harapnya.

Selain memberikan kuliah umum, Presiden Jokowi meresmikan dua gedung milik Unisma yakni gedung bundar Al Asy'ari dan gedung Umar bin Khattab.

Baca juga:
Presiden Jokowi Cek Pesawat Tempur F16 di Madiun, Antarkan Bantuan ke Gaza

Gedung Al Asy'ari terdiri dari tiga lantai di atas lahan seluas 9.200 meterpersegi. gedung tersebut akan difungsikan sebagai auditorium serba guna yang dapat menampung lebih dari 7000 orang.

Sedangkan gedung Umar bin Khattab terdiri dari 7 lantai dan dipergunakan untuk ruang rektorat.

Beberapa pejabat yang menghadiri kunjungan Presiden Jokowi di kampus Unisma seperti, Menseskab Pramono Anung. Rektor Unisma Prof Dr Maskuri. Para kiai dari Jawa Timur. Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Arif Rahman. Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin. para pejabat eselon I dan II kementerian. Koordinator Kopertis Wilayah 7. Anggota DPR RI, DPRD Jatim, DPRD Kabupaten dan Kota, Forpimda Malang, para rektor dari perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) serta civitas akademika Unisma.

Reporter: Jajeli Rois
Editor: Arif Ardianto