Pixel Codejatimnow.com

Dikaitkan Kasus Novel, Komjen Iriawan Berani Mati demi Kebenaran

Editor : Redaksi  Reporter : Sandhi Nurhartanto
 Komjen Mochamad Iriawan/ foto istimewa
Komjen Mochamad Iriawan/ foto istimewa

jatimnow.com - Mantan Kapolda Metro Jaya, menegaskan tidak pernah diperiksa oleh Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) terkait kasus Novel Baswedan. Gara-gara dikaitkan, keluarga ikut terpukul.

Sebaliknya ia mengungkap fakta bahwa penyidik KPK tersebut pernah bertandang ke ruangannya saat dirinya menjabat kapolda.

"Bukan diperiksa tetapi klarifikasi atau ngobrol. Kalau diperiksa itukan di-BAP. Tetapi pertemuan saya dengan TGPF tidak ada pemeriksaan," jawab Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Komjen Mochamad Iriawan saat dikonfirmasi, Senin (15/7/2019).

"Mereka tanya, apakah pernah bertemu Novel, saya jawab pernah. Novel pernah ke ruangan saya di Polda Metro," sambungnya.

Apa yang dibicarakan?

"Diskusi masalah sinergitas POLRI dan KPK dalam penanganan korupsi," jelas Komjen Mochamad Iriawan alias Iwan Bule.

Novel, kata Komjen Mochamad Iriawan, datang bersama seorang sahabatnya yang juga pernah menjadi anak buahnya di Brimob Polda Metro Jaya, Brigadir Arif.

"Kita diskusi masalah korupsi, bagaimana kolaborasi polisi dengan KPK. Penangananan kasus yang besar-besar, bukan OTT saja tetapi kasus korupsi yang harus diungkap dari mendapat info lanjut ke penyelidikan audit lanjut sidik sampai dengan menjaring atau menangkap big fish-nya (kakap)," bebernya.

"Saya bilang begitu. Kasih masukan ke dia (Novel) untuk masuk ke sektor-sektor yang belum yg belum terungkap. Misalnya, mafia pangan dan lain-lain. Saya jelaskan ke mereka. Itu pertemuan kami di ruang kerja Kapolda Metro," jelas Komjen Mochamad Iriawan.

Jenderal memastikan itu bukan pemeriksaan?

"Kalau diperiksa itu pakai BAP, ini hanya ngobrol-ngobrol atau klarifikasi. Kalau pakai bahasa diperiksa, kayaknya serem banget gitu," jawabnya.

Ia mengaku tidak mengerti kenapa TGPF menggunakan bahasa 'diperiksa'. Dalam pertemuan tersebut suasana santai dan dirinya menyatakan tidak mengetahui kasus Novel.

"Saya tenang aja, saya nggak tahu apa-apa tentang pelaku penyiraman Novel apalagi tahu pelakunya.
Saya nggak ada sangkut paut dengan kasus ini. Nah, mungkin TGPF, merasa saya tahu kasusnya Novel, saya bilang nggak tahu. Kalau bertemu memang pernah," terangnya.

TGPF juga menanyakan pertemuan lainnya dirinya dengan Novel selain di ruang kerjanya.

"Saya jawab pernah ke rumahnya (Novel) diajak Arif juga, karena anaknya Novel lahir, nama anaknya Umar.
Saya silaturahmi," jawabnya.

"Tapi mungkin TGPF mau tahu apa sih maksud kedatangan saya kepada Novel kan gitu. Itu yang ditanyakan, ngapain Pak Iwan (Iriawan) ke rumahnya. Ya silaturahmi, karena kebetulan novel
baru punya anak, masa nggak boleh. Nanti boleh tanya Arif, karena yang bersangkutan yang ngajak saya ke rumah Novel," tambah Komjen Mochamad Iriawan.

Pernah mengingatkan Novel kemungkinan adanya ancaman?

Baca juga:
3 Pelaku Penyiram Air Keras ke 15 Remaja di Sidoarjo Diamankan

"Kalau memperingatkan, seorang polisi kan wajar saja," jawab dia.

Apalagi, kata Komjen Mochamad Iriawan, kepada penyidik KPK yang sering mendapat ancaman. Menurutnya hal yang wajar.

"Tapi bukan berarti saya tahu siapa pelakunya. TGPF mempunyai asumsi bahwa saya ke rumah Novel itu memberi tahu bahwa nanti Novel akan ada yang menganiaya. Makanya diingatkan harus hati-hati dan berasumsi juga saya tahu pelaku penyiraman ke Novel. Kan aneh ini!" tegas Komjen Mochamad Iriawan.

"TGPF seharusnya nyari pelakunya dari bawah, dari TKP dan lain-lain. Tapi seolah-olah diasumsikan saya tahu sebelum kejadian itu, karena ada kata-kata 'hati-hati, Novel kamu lagi nyidik kasus-kasus besar. Kalaupun kata-kata itu keluar, wajar saja saya sebagai senior bicara sama dia yang lagi menyidik kasus besar," tambahnya.

Hal itu, kata Komjen Mochamad Iriawan, juga berlaku sama dengan semua anak buahnya.

"Tapi, kenapa berita memeriksa bintang 3-nya yang diangkat besar-besar ke media. TGFP harusnya menjelaskan apa yang sudah dilakukan mulai dari TKP, temuan-temuan lain yang memberikan petunjuk kepada peristiwa itu, kendala-kendalanya sehingga TPGF belum bisa mengungkap atau menemukan fakta dan lain-lain. Jelaskan dong ke publik," katanya.

Pernah menawarkan memberikan penjagaan terhadap Novel?

"Nggak ada, nggak pernah," jawab dia.

Baca juga:
Pelaku Penyiraman Air Keras Sebut Novel Baswedan Pengkhianat

Sekali lagi ia menyesalkan yang terjadi. Dirinya yang tidak mengetahui peristiwa tersebut tetapi selalu dikaitkan.

"Saya nggak tahu apa-apa tapi itu yang diangkat ke media. Harusnya nggak boleh begitu. Ini supaya jelas ya. Kok ngomongnya jadi begitu. TGPF telusuri dong, cari pelakunya, jangan datang ke sini cuma nanya bapak ketemu Novel terus itu yang dibesarin. Itu namanya sensasi. Kalau belum bisa mengungkap pelakunya jangan memberitakan hal-hal yg keluar dari subtansi tujuan dari pada dibentuknya team TPGF," jelasnya.

Kapan ketemu TGPF?

"Dua bulan yang lalu di kantor saya (Lemhannas). Sekali lagi saya mau bilang, jangan saya ketemu Novel jadi komoditas berita. Sudah nggak bisa cari pelaku, saya yang diberitain. Cari popularitas. Ini nggak baik, orang yang nggak tahu akan berpikir saya terlibat," terang dia.

"Kasihan keluarga saya, istri saya, anak saya banyak yang bilang bapak kamu terlibat kasus penyiraman Novel. Anak dan adik kandung saya sampai menangis loh!" tegas Komjen Mochamad Iriawan.

Bagi Komjen Mochamad Iriawan, opini yang menyudutkan dirinya telah merugikan. Dan dirinya tidak akan tinggal diam. Dia akan melawan untuk menegakan kebenenaran.

"Itu kan namanya menjatuhkan nama baik saya. Selama saya benar, saya akan lawan semuanya. Bila perlu, saya siap berkorban nyawa untuk kebenaran," tandasnya.