Pixel Codejatimnow.com

Butet Bicara Soal Mas Menteri Nadiem: Dia Aktor Teater

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Jajeli Rois
Butet Kartaredjasa saat bicara soal sosok Mendikbud Nadiem Makarim atau Mas Menteri
Butet Kartaredjasa saat bicara soal sosok Mendikbud Nadiem Makarim atau Mas Menteri

jatimnow.com - Seniman Butet Kartaredjasa ternyata sudah mengenal Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim sejak Mas Menteri-sebutan Butet ke Nadiem, masih duduk di bangku setingkat SMA di Singapura. Ia mengenal Nadiem sebagai aktor teater yang bagus.

Saat itu, Butet melihat Nadiem menjadi aktor pada tetaer di Singapura yang berjudul Tom Jones. Nadiem saat itu berperan sebagai Tom Jones. Bahkan, setelah tampil di teater, Butet meminjam naskah Tom Jones ke Nadiem.

"Dia pemain teater yang saya kenal. Saya kenal keluarganya, kenal Mbak Yu-nya (kakaknya), Raya Makarim. Dia adiknya Raya. Saya kenal dan saya nonton performnya di Singapura dan menjadi aktor yang baik. Dengan menggunakan Bahasa Inggris waktu itu memainkan Tom Jones. Dan memang mampu bermain," tutur Butet kepada wartawan saat jumpa pers tentang rencana penampilan Teater Gandrik di Surabaya, Kamis (5/12/2019).

Butet menambahkan, tidak hanya soal skil aktor saja yang harus dikuasi pemain teater. Tapi juga harus memahami sekitar panggung, lighting, penonton, pemain lainnya.

"Jadi orang belajar teater menurut saya hari ini, bukan hanya belajar seni peran itu sendiri. Itu hanyalah alat. Teater hanyalah alat untuk mematangkan diri sebagai manusia," ujarnya.

"Saya itu gara-gara main teater akhirnya saja menjadi penulis, jadi senang membaca, jadi mencintai sastra. Saya punya rasa percaya diri untuk mengartikulasikan pikiran-pikiran saya. Ini ilmu katon semua," jelasnya.

Katanya, jika dirinya tidak belajar teater, akan menjadi pemalu, nervous, tidak mau membaca. Sekarang Butet pun juga menjadi penulis. Menurutnya, orang penulis itu yang punya logika dan belajar logika.

"Jadi ilmu teater itu kan tidak digunakan untuk akting semata-mata, tapi membekali perjalan hidup saya. Jadi saya bilang, belajar teater itu belajar hidup. Kan nggak ada di kelas kita belajar gestur. Belajar mengatasi nervous, nggak ada di kelas. Adanya matematika, kimia, itu toh. Tapi bagaimana seseorang penuh percaya diri untuk ngomong. Itu adanya di ilmu teater," paparnya.

Ditanya akan dibawa kemana dunia pendidikan setelah kehadiran Mas Menteri, butet menyampaikan hal yang paling penting dari Mas Menteri itu.

Baca juga:
Membaca Tubuh dalam Perform dan Diskusi Teater Api Indonesia

"Mas Menteri itu paling penting dia adalah merepresentasi anak muda yang lahir dalam dunia dengan background budaya baru. Budaya baru adalah budaya digital," ujarnya.

Pimpinan Produksi Teater Gandrik ini menyebut, dirinya adalah generasi analog. Kata dia, orang yang berada di dalam dunia baru, sudah mampu menggunakan budaya baru untuk mencapai keberhasilan.

"Dia (Mas Menteri Nadiem) tinggal mengemplementasikan seluruh proses yang dia alami di dalam budaya digital ini, untuk melahirkan suatu sistem pendidikan yang mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan dunia baru," tambahnya.

"Kalau masih manusia analog, nggak bisa mengerjakannya. Nah dia punya pengalaman itu," tukas Butet.

Butet menaruh harapan kepada Mendikbud Nadiem Makarim, untuk mebawa dunia pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi di dunia baru dunia digital.

Baca juga:
Dahlan Iskan Ingin Teater di Surabaya Hidup Lagi

"Saya menanam harapan. Saya mempercayai kepada anak muda yang berhasil mengelola dunia baru dengan baik. Nah Mas Menteri mampu. Sebagai aktor teater saja mampu," ucapnya.

Lantas apakah Nadiem juga mampu menjalankan tugasnya sebagai Mendikbud? Butet memastikannya.

"Pasti. Dia punya kepekaan sebagai aktor. Aktor itu kan modalnya imajinasi. Berarti dia berimajinasi untuk menggambar masa depan bangsa ini. Tugas Mas Menteri pertama adalah menggambar imajinasi masa depan bangsa," sambungnya.

Teater Gandrik kembali hadir di Surabaya. Kali ini, untuk mementaskan lakon "Para Pensiunan", karya terakhir sutradara Djaduk Ferianto (almarhum), di Ciputra Hall, Surabaya. Teater ini akan berlangsung dua hari, yaitu Jumat hinga Sabtu, 6-7 Desember 2019, mulai pukul 19.00 Wib.