Pixel Codejatimnow.com

Dokter Gigi dan Beragam Risikonya Dibahas di Sini

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Farizal Tito
Temu Ilmiah Nasional-International (Timnas) ke 8 yang digelar Fakultas Kedokteran Gigi Unair di Surabaya
Temu Ilmiah Nasional-International (Timnas) ke 8 yang digelar Fakultas Kedokteran Gigi Unair di Surabaya

jatimnow.com - Dokter gigi dinilai rawan dan berisiko tinggi tertular Virus Corona atau Covid 19. Hal itu dibahas dalam forum Temu Ilmiah Nasional-International (Timnas) ke 8 yang digelar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (Unair) di Surabaya.

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unair Dr R Darmawan Soetijanto mengatakan, dokter gigi berisiko tinggi tertular penyakit tersebut karena cenderung pasien dokter gigi hanya melihat persoalan gigi dan mulut saja. Sementara untuk penyakit lainnya tidak bisa terdeteksi.

"Karena penularan virus (covid-19) ini cepat. Bagi dokter gigi yang berkontak langsung bukan hanya tertular melalui ludah yang muncrat tapi saya juga menyemprotkan air saat perawatan gigi, ini lebih berbahaya," ujar Darmawan, Jumat (28/2/2020).

Meski begitu, lanjut Darmawan, jika dirinya sejauh memiliki cukup pengalaman dalam menangani penyakit menular seperti hepatitis dan HIV-AIDS. Karena dalam proses sterilisasi, ia selalu menggunakan autoklaf.

"Dalam forum (Timnas 8) ini kami menyerukan agar seluruh alumni peduli dan waspada dalam pencegahan penularan virus atau penyakit lainnya termasuk menjaga keselamatan pasien dan dokter gigi," terangnya.

Baca juga:
Gandeng Perhepi Surabaya, UWKS Gelar Seminar Nasional Atasi Krisis Pangan

Sementara Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi RSU dr Soetomo Surabaya, Arief Bakhtiar menambahkan, untuk menjaga kewaspadaan profesi kedokteran gigi agar tidak tertular virus atau penyakit menular, dokter gigi harus menanyakan riwayat penyakit yang diderita pasiennya.

"Karena itu, kewaspadaan bisa dilakukan dengan pengedalian secara administratif, pengendalian lingkungan dan perlindungan dengan menggunakan APD (apat pelindung diri). Termasuk juga mendeteksi klinis dengan bertanya kepada pasien soal riwayat penyakit," ujarnya.

Terkait prinsip-prinsip delusi dalam penularan airborne, kata dia, bisa menggunakan penataan udara.

Baca juga:
Saat Para Pakar Diskusikan Perkembangan Hukum Pidana Pemulihan Kerugian Korban

"Jadi jangan sampai udara tertutup. Harus ada sirkulasi udara bisa disiasati juga menggunakan kipas angin. Sebab dengan adanya delusi ini, konsentrasi kuman atau virus menjadi lebih sedikit dan encer sehingga sulit untuk tumbuh," tandasnya.

Menurut Arief, dalam prinsip pengendalian lingkungan untuk penyakit menular ini ada prinsip delusi (pengenceran udara), prinsip filtrasi dan prinsip desinfeksi.