Pixel Codejatimnow.com

Beri Kuliah Umum, Kiai Said Agil Siroj Singgung Soal Radikalisme

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Arry Saputra
Ketua PBNU Prof. Dr. KH Said Agil Siroj bersama pengurus UIN Surabaya
Ketua PBNU Prof. Dr. KH Said Agil Siroj bersama pengurus UIN Surabaya

jatimnow.com - Ketua Umum PBNU yang juga Guru Besar UIN Sunan Ampel, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA mengisi kuliah umum di UIN Sunan Ampel (UINSA), Surabaya, Senin (5/3/2018).

Kuliah umum ini membahas tentang "Islam Nusantara, Radikalisme dan Geo Politik Global", acara ini dihadiri ratusan mahasiswa Pascasarjana UINSA.

Direktur Pascasarjana UINSA, Prof. DR. H Husein Aziz, M.AG., memberikan sambutan sekaligus membuka acara tersebut.

Dalam sambutannya Husein Aziz mengatakan tema yang di ambil adalah Islam Nusantara, tema ini di ambil dengan kondisi maraknya Radikalisme.

"Radikalisme yang ada di kampus itu karena kehausan ideologi. Orang haus itu akan minum apa saja yang disajikan meskipun basi, nanti baru sadar setelahnya," paparnya.

Dengan adanya kuliah bertema Islam Nusantara ini, diharapkam dapat membangun paradigma untuk masyarakat.

Dalam kesempatan kuliah umum ini KH Said Aqil memaparkan, sejarah, politik, budaya Timur Tengah dan perjuangan Rasulullah dalam menyatukan umat.

"Yang namanya umat, yang dimaksud Nabi Muhammad yaitu umat secara keseluruhan baik muslim maupun non muslim, Rasulullah mengajak bersatu, konsiliasi, bukan membenturkan antara umat muslim dan umat non muslim," kata KH Said Aqil dalam kuliah umumnya.

"Rasulullah tidak pernah mendirikan negara Islam, yang didirikan Rasulullah Citizenship kewarganegaraan, yaitu Negara Madinah," lanjut Kiai Jebolan Umul Quro tersebut.

Baca juga:
Mampir Sahur di Warmindo Pak Ali Wonocolo, Favorit Mahasiswa UINSA kala Ramadan

"Islam Nusantara bukan mazhab, bukan aliran, tapi tipologi, mumayyizaat, khashais" terangnya.

Said menegaskan bahwa Islam Nusantara bukanlah Islam yang anti-Arab dan Islam yang benci Arab.

“Islam yang santun, berbudaya, ramah, toleran, berakhlak, dan berperadaban. Inilah Islam Nusantara, mari kita jadikan budaya sebagai infrastruktur agama, kita jadikan Indonesia kiblatnya budaya," kata Said Aqil

Said memberi contoh, sarung atau baju batik sebagai bentuk budaya. Sarung digunakan untuk solat dan beribadah.

"Jangan dibalik. Agama untuk budaya, gamis untuk demo, itu enggak bener," ucapnya disambut tawa mahasiswa dan dosen.

Baca juga:
Pemkab Trenggalek Jajaki Kerja Sama Carbon Trading dengan UINSA Surabaya

Said Aqil menutup kuliahnya dengan mengajak mahasiswa dan para intelektual untuk memecahkan persamaan bangsa.

"Tantangan kita ada empat, kedzaliman dalam berpolitik, kedzaliman bidang ekonomi, kedzaliman dibidang moneter, kedzaliman dibidang Ilmu," tutupnya.

Reporter: Arry Saputra

Editor: Arif Ardianto