Pixel Codejatimnow.com

Menakar Indonesia ke Depan, Ubaya Hadirkan Ketum PBNU dan Muhammadiyah

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Farizal Tito
Studium generale Ubaya yanng menghadirkan narasumber Ketum NU dan Muhammadiyah (Foto: Elen for jatimnow.com)
Studium generale Ubaya yanng menghadirkan narasumber Ketum NU dan Muhammadiyah (Foto: Elen for jatimnow.com)

Surabaya - Universitas Surabaya (Ubaya) menggelar studium generale 2022-2023 seri tiga bertema “Menakar Indonesia ke Depan: Harmoni Kehidupan Beragama untuk Merawat Indonesia”.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Yahya Cholil Staquf dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, hadir sebagai pembicara.

Studium generale yang merupakan kuliah tamu yang diadakan Ubaya dengan menghadirkan sejumlah tokoh nasional itu berlangsung di Ruang Pertemuan lantai 5, Gedung Perpustakaan, Kampus Ubaya Tenggilis Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya. Rabu (31/8/2022).

Para tokoh tersebut memaparkan wawasan dan ide cemerlang dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pada seri ketiga ini, tema yang dibawakan pembicara berbeda dengan dua seri sebelumnya.

Ketua Panitia Studium Generale 2022-2023 Seri 3, Amirul Ulum, S.Sos., M.IP., menyebut pemilihan tema menyesuaikan momen kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 tahun yang saat ini euforianya masih dirasakan oleh masyarakat.

“Hal ini membuat pembahasan mengenai toleransi dan merawat Indonesia dari segi kerukunan beragama menjadi topik yang tepat untuk didiskusikan. Pembahasan ini juga dapat menjadi insight baru bagi calon pemimpin bangsa agar mampu membawa Indonesia hidup berharmoni di tengah keberagaman yang ada,” ujar Amirul.

Membahas tentang keberagaman, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Haedar menegaskan bahwa pemimpin negara tidak bisa memimpin dengan visi pribadi, melainkan harus berdasarkan visi kebangsaan.

“Masa depan negara ini ditentukan dari seberapa jauh modal berbangsa dan bernegara yang dimiliki masyarakat. Modal inilah yang harus dibangun, dikembangkan, dan dirawat,” ujar Haedar Nashir.

"Masyarakat bersama pemerintah harus mempunyai rancang bangun masa depan yang merupakan akumulasi dari politik, ekonomi, agama, dan sebagainya," imbuhnya.

Sedangkan, Ketum PBNU, Yahya Cholil Staquf memaparkan sudut pandangnya tentang harmoni kehidupan beragama. Ia menyebut, sikap toleransi antar sesama dalam perbedaan adalah pemenuhan mandat proklamasi.

Baca juga:
Ramadan Berkah, Ikatan Alumni Universitas Surabaya Berbagi di 7 Panti Asuhan

“Kita bisa rukun kalau kita punya rasa persaudaraan, kemanusiaan, dan kebangsaan. Sehingga, kumpulan orang yang berusaha merusak Indonesia harus dibubarkan. Jangan memperalat agama dan identitas-identitas lainnya sebagai senjata politik,” tegas Yahya Cholil Staquf.

Sementara itu Rektor Ubaya, Dr. Ir. Benny Lianto, M.M.B.A.T, mengatakan topik yang dibahas pada studium generale kali ini sesuai dengan visi Ubaya yang ingin mencetak pemimpin nasional yang berkarakter dan memiliki integritas melalui dunia pendidikan.

“Melalui acara ini, Ubaya ingin mengajak mahasiswa, civitas akademika, serta seluruh masyarakat untuk mewujudkan kebhinekaan dan keberagaman potensi bangsa. Ini adalah modal sosial untuk mewujudkan Indonesia maju,” ujarnya.

Diakui Benny diskusi bersama dua tokoh ormas terbesar di Indonesia itu diharapkan bisa menghasilkan pemikiran yang holistik apabila masyarakat dihadapkan dengan sejumlah tantangan seperti radikalisme, intoleransi, atau terorisme.

“NU dan Muhammadiyah adalah dua sayap Garuda yang telah teruji komitmennya terhadap 4 pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika,” jelasnya.

Baca juga:
Teknik Fotografi Lighting Penentu Laris Tidaknya Produk E-Commerce

"Sikap inilah yang ingin Ubaya tekankan kepada para civitas akademika dan masyarakat luas untuk bisa hidup berdampingan dalam perbedaan," imbuh Benny.

Benny mengatakan kegiatan dan materi-materi yang didiskusikan dalam generale 2022-2023 itu, akan didokumentasikan, salah satunya dalam bentuk buku.

"Selama kurang lebih satu tahun kedepan akan digelar forum serupa guna membahas tema besar Menakar Indonesia ke Depan. Di tiap bulannya, Ubaya akan mengundang tokoh nasional dan pejabat publik untuk mendiskusikan tema tersebut dari bidang dan sudut pandang pembicara," urainya.

Benny berharap melalui studium generale seri tiga, masyarakat dapat memiliki wawasan yang lebih dalam tentang harmoni kehidupan di tengah perbedaan.

“Semoga civitas akademika Ubaya dapat semakin menghayati pesan kebhinekaan. Selain itu, mereka juga dapat menerapkan toleransi antar sesama dan meningkatkan kepedulian untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan bangsa di masa depan,” pungkasnya.