Pixel Code jatimnow.com

Menengok Puluhan Karya Lukis Anak 'Istimewa' di Kompleks Balai Pemuda

Editor : Sofyan Cahyono   Reporter : Farizal Tito
Lukisan karya anak berkebutuhan khusus.(Foto: Fahrizal Tito)
Lukisan karya anak berkebutuhan khusus.(Foto: Fahrizal Tito)

jatimnow.com - Sebanyak 21 karya lukis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) se-Jawa Timur (Jatim) dipamerkan di Galeri Merah Putih Kompleks Balai Pemuda, Kota Surabaya.

Puluhan siswa itu berasal dari 6 Sekolah Luar Biasa (SLB) yang tersebar di Gerbang Kartasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Pameran diselenggarakan dalam kurun waktu sepekan.

Pendidik lukis anak-anak berkebutuhan khusus Hendrik menyampaikan, teknis pembelajaran yang dilakukan kepada anak-anak tersebut berbeda dengan anak autis. Faktor kemampuan anak memiliki jenis yang berbeda.

"Kalau mengajar down syndrome, contohnya paling bersih, tingkat kehati-hatiannya luar biasa. Mereka sangat jujur, tidak suka dicederai. Teknis pembelajarannya berbeda dengan autis, pegang kuas nggak bisa, mengaduk cat juga. Saya tidak menuntun, saya biarkan, biar motoriknya bekerja," ujar Hendrik, Jumat (21/10/2022).

Hendrik juga mengungkapkan, ada sejumlah perbedaan sikap dari setiap anak berkebutuhan khusus. Misalnya, mereka yang tunarungu, tunawicara, memiliki kepribadian yang mudah tersinggung.

Lukisan karya anak berkebutuhan khusus.(Foto: Fahrizal Tito)Lukisan karya anak berkebutuhan khusus.(Foto: Fahrizal Tito)

"Misal nggak diperhatikan, dikira nggak memperhatikan ketika mengajar. Down syndrome agak cepat, durasi 15-25 menit. Dia jenuh nggak mau lama-lama. Kalau tunarungu, wicara, diam merenung durasi 30-40 menit dan bisa lebih. Sebelum lukisan selesai tidak mau berhenti," jelasnya.

Erza Maulina, Guru Kelas SLB Fajar Harapan, Karangpilang, Surabaya mengaku tak menyangka murid-muridnya bisa melukis dan mengekpresikan diri lewat karya seni lukis.

Baca juga:
Lukisan Sang Rembulan Berbahan Pelat Seng Karya Cewek Sidoarjo, Ini Maknanya

"Anak-anak mulai dari nol, di sekolah diberi gambar dan mewarnai kemudian datang Pak Hendrik ada tawaran mengajak melukis dan berekspresi. Awalnya ragu, akhirnya berbekal kepercayaan kami ajak melukis ternyata di luar dugaan, bisa melukis tanpa berpikir," ungkapnya.

Erza juga mengaku sempat menemui sejumlah kendala. Seperti sulitnya berkomunikasi dengan anak-anak tersebut. Namun saat ini anak-anak tersebut sudah memiliki tingkat kepercayaan tinggi.

"Misal gambar monyet, awalnya dari mata terus dikasih mulut. Kendalanya mereka sulit berkomunikasi. Jadi kami mengarahkan sulit. Nilai plusnya mereka berekspresi dengan pikirannya masing-masing. Sekarang anak-anak ini tingkat kepercayaan dirinya luar biasa," urainya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Autism Awareness Indonesia (AAI) Jatim Vivin Komala mengatakan, pameran ini diselenggarakan untuk membangun rasa percaya diri pada anak berkebutuhan khusus. Hal tersebut sesuai dengan program yang digagasnya, yaitu berfokus untuk menggali kelebihan dalam diri setiap anak istimewa.

Baca juga:
Pameran di Rumah Seni Pecantingan Sidoarjo: Kritik Korupsi lewat Karya Lukisan

"Tujuan kegiatan ini membangun rasa percaya diri anak-anak. Kami tidak bisa memaksakan anak-anak istimewa ini, mereka harus digali kesukaannya apa," kata Vivin.

Selain itu, Vivin berharap lewat kegiatan pameran lukisan bertajuk 'Painting Exhibition; Bangkit Menjadi Bintang' ini, anak-anak berkebutuhan khusus bisa mendapatkan support dari masyarakat. Terutama yang berada di lingkungan sekitarnya.

"Harapannya anak-anak mandiri tidak dikasihani, tetapi disupport. Jadi tidak dipandang remeh, didiskriminasi. Mereka punya keahlian yang orang biasa belum tentu bisa. Kami mendidik mereka agar mandiri," tukas Vivin.