jatimnow.com - Innalillahi wainna Ilaihi Raji'un. Saya mendengar kabar wafatnya Abah Prof Ali Yafie, saat berada di Madinah al-Munawwarah untuk melaksanakan ibadah umroh dan ziarah Rasulullah SAW.
Sontak, usai salat jamaah di Masjid Nabawi, saya ajak anak-anak untuk salat gaib mendoakan beliau, sosok ulama yang inspiratif.
Saya ceritakan kepada anak-anak saya, pentingnya meneladani sosok beliau yang alim allamah, teguh pendirian, tapi sangat santun dan tetap sederhana dalam gaya hidup. Ahlul Jannah.
Begitu kabar wafatnya beliau masuk lewat WA jalur pribadi dan pertemanan, mata saya berkaca-kaca, pikiran saya menerawang jauh, membayangkan sosok ulama kharismatis, luas pengetahuan keagamaannya, halus sikap dan tutur katanya, sistematis bahasanya, sederhana penampilannya, dan teguh pendiriannya.
Beliau adalah sosok ulama yang sangat dalam ilmunya, menguasai sangat mendalam tradisi keilmuan salaf, yang menjadi salah satu ciri khas ulama tradisional.
Namun, kita semua mafhum, pergulatan intelektual beliau merambah lintas batas tradisionalisme Islam, beliau berbicara secara fasih sosial fikih sosial, perbankan syariah, dan juga tentang lingkungan hidup.
Beliau juga diterima banyak kalangan Islam dari berbagai kelompok dan golongan. Di NU, beliau memperoleh amanah puncak organisasi sebagi Rais Am PBNU. Posisi atau maqam tertinggi organisasi yang disebut oleh KH Ma'ruf yang hanya bisa ditempati oleh shahibul maqam.
Beliau mengundurkan diri dari jabatan Rais Am demi sebuh prinsip, karena isu SDSB yang pernah menyasar pengurus tanfidziyah PBNU. Posisinya kemudian digantikan oleh KH. Ilyas Ruchiyat, pimpinan Pesantren Cipasung Tasikmalaya.
Di MUI, beliau juga memperoleh amanah tertinggi sebagai Ketua Umum MUI pada 1998-2000. Di Munas 2000, beliau tidak berkenan untuk diperpanjang. Akhirnya Munas menetapkan KH. Ahmad Sahal Mahfudh menjadi Ketua Umum pengganti beliau.
Baca juga:
Cara Pjs Bupati Mojokerto Gugah Kesadaran Hukum Warga terhadap Judi Online
Di zaman beliau memimpin MUI, inisiasi berdirinya Dewan Syariah Nasional (DSN MUI) dimulai, lembaga yang secara khusus bertugas membahas dan menetapkan fatwa-fatwa produk ekonomi dan keuangan syariah. Beliau menjadi Ketua DSN MUI pertama. Tanda tangan beliau sebagai Ketua DSN terabadikan dalam Fatwa-fatwa DSN MUI Tahun 2000.
Di samping organisasi NU dan MUI, beliau juga dikenal luas sebagai Cendekiawan Muslim lintas batas. Pemikiran, ide, dan gagasannya modern melampaui lingkungan tradisionalnya. Fasih dengan tradisi kitab kuning, juga akrab dengan tema-tema modernitas dan isu kontemporer.
Sosoknya diterima di berbagai kelompok. Beliau juga dikenal sebagai akademisi, pernah menjabat Rektor IIQ Jakarta. Juga termasuk sosok di balik lahirnya Bank Muamalat, dan menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariahnya.
Banyak hal baik yang diteladankan oleh beliau. Kedalaman ilmu, keluasan jaringan, kezuhudan, keteguhan dalam memegang prinsip, dan kesederhanaan dalam gaya hidup.
Sungguh, beliau hidup dalam sanubari kita semua. Dan saya, juga para generasi muslim setelahnya, perlu mencontoh dan meneladani kebaikan beliau.
Baca juga:
Film Guru Tugas Viral, Ketua MUI Bangkalan Beri Tanggapan
Lahul Faatihah...
Opini ini ditulis Ketua MUI Bidang Fatwa sekaligus Katib Syuriyah PBNU, Asrorun Niam Sholeh