jatimnow.com - Pengamat politik Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi menuding Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai partai yang otoriter.
Bahkan, Airlangga menyebut jika PSI memiliki keterbelahan karakter dalam menentukan sikap politik. Ibarat dalam kajian psikologi, ada split personality dalam entitas PSI.
Split personality tersebut muncul ketika pencitraan politiknya selalu menampilkan diri sebagai partai yang memperjuangkan demokrasi, kesetaraan, republikanisme dari corak politik modern
"Ini terkait Ketua Dewan Pembina PSI dapat merangkap berbagai jabatan sebagai ketua umum, Sekjen, ketua dewan pertimbangan nasional, ketua dewan pakar nasional dan DPP. Artinya apa? Dalam kelembagaan internal jejak otoritarianisme warisan orde baru tampak melekat dalam partai tersebut," kata Airlangga, Jumat (8/9/2023).
Jejak-jejak warisan otoritarianisme dalam tubuh PSI, kata Airlangga, berkonsekuensi cukup panjang dalam mendegradasi nilai demokratis yang selalu ditunjukkan PSI di 'panggung depan' politiknya.
Baca juga:
PDIP Jatim Target Paslon Risma - Gus Hans Menang 60 Persen di Trenggalek
"Dengan kekuasaan dewan pembina yang luar biasa, maka dewan pembina yang militeristik ini bisa membatalkan keputusan dari tingkat yang ada di bawahnya,” jelas Airlangga.
"Lagi-lagi corak demokrasi bottom up tidak hadir dalam demokratisasi internal PSI. Tak heran jika peran ketua umum PSI tidak begitu terlihat. Tidak seperti partai politik lainnya," imbuh dia.
Lebih lagi, PSI juga mengalamai semacam keterbelahan antara kesadaran wacana (discursive consciuosness) dan kesadaran praktis (practical consciousness).
Baca juga:
DPRD Jatim Terima Kunjungan Siswa SMP, Ini yang Dipelajari
Bahkan, dalam tataran wacana menekankan pada nilai-nilai politik republikanisme seperti tertera dalam AD/ART-nya, namun misalnya saat ada isu liar beberapa waktu lalu terkait wacana tiga periode maupun perpanjangan masa jabatan presiden, PSI bungkam dan tidak menunjukkan keteguhan sikapnya.
"Di sini kembali kita bisa menyaksikan keterbelahan politik dari PSI,” tegas doktor alumnus Murdoch University, Australia itu.