Pixel Codejatimnow.com

Hari Pencegahan Bunuh Diri Internasional, Dokter Ini Sebut Bukan Cuma Spiritual, Melainkan Holistik

Editor : Endang Pergiwati  Reporter : Ahaddiini HM
dr. Hj. Suksmi Yitnamurti I.S, Sp.KJ Tangkapan layar saat mengikuti Indonesia Suicide Prevention Conference via online. (Foto: Suksmi for jatimnow.com )
dr. Hj. Suksmi Yitnamurti I.S, Sp.KJ Tangkapan layar saat mengikuti Indonesia Suicide Prevention Conference via online. (Foto: Suksmi for jatimnow.com )

jatimnow.com - Tanggal 10 September diperingati sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri Internasional. Ini tak lepas dari masih banyaknya kejadian bunuh diri yang tidak terhindarkan, bukan karena faktor spiritual, namun karena faktor holistik.

dr. Hj. Suksmi Yitnamurti I.S, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kejiwaan, rumah sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo dan Al-Irsyad Surabaya mengungkapkan hal ini saat bergabung dalam Indonesia Suicide Prevention Conference 9 September 2023 yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), FK Unair, RSU dr Soetomo dan RS Universitas Airlangga.

"Ada istilah budaya setempat seperti pulung gantung (fire ball) di Gunung Kidul. Jumlah penyebab kematian bunuh diri lebih kecil, karena bunuh diri ada di data kasus polisi, bukan rumah sakit. Ada metode yang dapat mengukur angka dan pola penyebab bunuh diri. Ada pedoman untuk pencegahan bunuh diri yang diterbitkan Kemenkes," terangnya Sabtu (9/10/2023).

dr.Suksmi yang juga sebagai anggota PDSKJI Surabaya dan Dosen Luar Biasa departemen psikiatri FK Unair ini menuturkan bunuh diri dapat terjadi pada anak hingga usia lebih 85 tahun, dengan yang paling banyak terjadi pada laki dengan usia yang produktif.

"Artinya, permasalahan bunuh diri adalah sama dengan permasalahan kesehatan mental dan medis psikiatrik," ujarnya.

Baca juga:
Cara Mencegah Flu Singapura

" Bunuh diri mengalami peningkatan di seluruh dunia karena ini adalah masalah mental health dan masalah banyak dikalangan menengah rendah sebagai sebab dari finansial, bukan masalah kurang beriman saja dan bukan satu-satunya karena ini tetap sebagai masalah holistik (biopsikososial budaya-spiritual)," pungkasnya.

dr. Suksmi menegaskan salah satu upaya dalam mencegah permasalahan bunuh diri adalah dengan mendengarkan dan merubah mindset perihal spiritual yang dihubungkan dengan bunuh diri.

Baca juga:
Flu Singapura Merebak, Dinkes Minta Warga Surabaya Tak Panik

"Kita bisa membantu hanya dengan mendengar jangan menasehati supaya orang tersebut merasa didengar dan dipahami. Mencegah bunuh diri bisa dilakukan dengan mendengar (listen to), karena permasalahan bunuh diri adalah masalah mental health yang holistik bukan karena spiritual, seperti pemikiran yang disangkutpautkan dengan sebutan orang beriman atau tidak beriman", tutupnya.

dr. Suksmi sebagai pelaku usaha kesehatan jiwa (keswa) mengapresiasi konferensi ini dengan turut menyebarluaskan prevensi yang didapat kepada masyarakat luas.