Pixel Code jatimnow.com

7 Film Refleksi Perjuangan Anak Muda, Cocok Ditonton Momen Sumpah Pemuda

Editor : Endang Pergiwati   Reporter : Ni'am Kurniawan
Tanah Surga Katanya (dok.jatimnow.com)
Tanah Surga Katanya (dok.jatimnow.com)

jatimnow.com - Memaknai perjuangan pemuda di moment Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober bisa dilakukan dengan banyak hal.

Untuk mengingat semangat pergolakan pemuda kala itu. Kita bisa melihatnya dalam film karya anak bangsa.

Berikut 7 rekomendasi film yang cocok ditonton untuk memperingati Sumpah Pemuda:

1. Rudy Habibie

Film biopik ini tayang pada 2016. Disutradarai oleh Hanung Bramantyo.

Film ini mengisahkan perjalanan Habibie & Ainun yang diangkat dari novel semi-biografi Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner karya Gina S. Noer.

Dibintangi aktor ternama Reza Rahadian, Chelsea Islan, Indah Permatasari, Boris Bokir, Ernest Prakasa, dan Pandji Pragiwaksono membuat peragaan kisahnya semakin dramatik.

Film ini menceritakan sosok Rudy (B.J. Habibie muda) semasa kuliah di Jerman, yang kemudian ia bertemu dengan Ilona Ianovska, gadis asal Polandia yang sempat ia cintai semasa kuliahnya, jauh sebelum akhirnya menikah dengan Ainun pada saat Habibie sudah menyelesaikan kuliahnya dan kembali ke Indonesia.

Ada pula bumbu kisah cinta segitiga yang melibatkan gadis ningrat asal Solo, bernama Ayu. Dan tantangan bagi Rudy untuk menjawab panggilan negara Indonesia yang baru merdeka, yang membutuhkan sosok muda jenius, kreatif, dan pantang menyerah seperti dirinya.

2. Wage

Wage merupakan film biopik garapan sutradara John De Rantau, yang bercerita mengenai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya, Wage Rudolf Soepratman yang dirilis pada tanggal 28 Oktober 2017 di Indonesia, bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda.

Melalui film garapannya berjudul "Wage" sutradara John De Rantau mencoba menyuguhkan kisah pilu yang dialami Wage Rudolf Supratman sepanjang 120 menit lebih.

Ketika kecil dia mengalami tindak kekerasan oleh bapaknya yang seorang tentara KNIL, di tangsi Jatinegara pada 1912 kemudian ditinggal mati oleh ibunya.

Kemudian dibawa merantau ke Makassar oleh kakak perempuannya Roekijem yang bersuamikan seorang Belanda dan dipelihara hingga dewasa.

Bakat musiknya membawanya menjadi musisi kafe tempat hiburan orang-orang Belanda. Grup musik Black and White yang digawanginya selalu bermain di kafe tersebut hingga suatu saat dia dilarang bermain lagi hanya karena dia pribumi dan ikut dalam pergerakan.

Aktivitas Wage dalam pergerakan selalu diawasi oleh agen polisi Belanda Fritz (Teuku Wisnu Rifkana), bahkan selalu mengejar-ngejar.

Tak hanya dikenal sebagai musisi, WR Supratman juga merupakan wartawan di harian Sin Po. Melalui tulisan-tulisannya dia disebut sebagai propagandis oleh pemerintah Belanda dan salah satu penjahat yang harus ditangkap.

Film ini sangat positif karena ingin menunjukkan bahwa perjuangan tidak harus dilakukan dengan perjuangan fisik namun juga lewat lagu.

Selain lagu kebangsaan Indonesia Raya, Wage Rudolf Soepratman juga mengubah banyak lagu-lagu perjuangan khususnya untuk golongan pemuda. Semua lagu ciptaan W.R. Soepratman digubah untuk menambah semangat kebangsaan dan cinta tanah air bagi perkumpulan pemuda.

Sebanyak 11 lagu diciptakan W.R. Soepratman untuk menggugah semangat kebangsaan para pemuda pada 1926-1938. Pada tahun 1926 diciptakannya lagu "Dari Barat sampai ke Timur".

Wage dibintangi oleh aktor pendatang baru, Rendra B Pamungkas sebagai WR Supratman. Beberapa bintang lain yang terlibat yakni Tengku Rifnu Wikana, Prisia Nasution, dan Putri Ayudya.

3. Gie

Gie adalah film biografi tentang sosok Soe Hok Gie. Diperankan oleh Nicholas Saputra. Film ini berdurasi 127 menit, film Gie merupakan adaptasi buku Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie.

Soe Hok Gie merupakan aktivis dan penulis di tahun 60-an. Dia sering menempatkan diri di luar pemerintahan bahkan melawannya. Saat itu, Presiden Soekarno sedang berkuasa.

Dalam kesehariannya, Gie terkenal sebagai orang lurus, jujur dan tidak kenal kompromi. Kejujurannya ini pula yang sering menjadi asal-muasal konflik dengan orang sekitarnya.

Namun karena kecintanya pada Indonesia dan dunia mahasiswa membuatnya harus bersikap seperti itu. Gie tidak sungkan untuk angkat bicara ketika ada hal yang dia anggap merusak Indonesia.

Perjuangannya melawan tirani berhenti sejenak saat pemerintahan Soekarno turun. Namun dia sangat kecewa ketika melihat perjuangannya melawan rezim yang berkuasa saat itu, justru melahirkan rezim baru dan menyebabkan pembantaian jutaan orang yang tertuduh komunis.

Baca juga:
Film Ngeri Ngeri Sedap Segera Tayang di Bioskop

Salah satu sahabatnya, Tjin Han juga menjadi korban. Waktu demi waktu berlalu. Orang-orang di sekitar Gie mulai menyesuaikan diri dengan rezim baru. Beberapa orang bahkan melakukan korupsi. Gie masih sama seperti dulu, menolak untuk diam.

Penolakan dan perlawanan Gie juga masuk di wilayah militer yang keras. Nyatanya idealismenya ini membuat teman-teman Gie meninggalkannya. Perempuan yang dia cintai juga kemudian menolaknya.

4. 3 Srikandi

3 Srikandi adalah film garapan Iman Brotoseno yang bercerita tentang tiga wanita Indonesia yang memecahkan rekor dengan menjadi orang pertama dari Indonesia yang meraih medali dalam cabang panahan Olimpiade Seoul pada musim panas 1988.

Di tahun itu, cabang panahan berada di titik kritis, di mana dibutuhkan pelatih yang bisa menyiapkan tim panahan wanita dalam waktu yang singkat.

Satu-satunya yang bisa diandalkan menjadi pelatih adalah Donald Pandiangan (Reza Rahardian) yang dikenal sebagai “Robin Hood Indonesia”.

Tapi Donald sendiri sudah lama menghilang. Ia masih terpukul ketika pada tahun 1980 saat ia bersiap mengikuti Olimpiade Musim Panas 1980 di Moskwa, ia batal pergi karena alasan politis.

Kini ia hidup jauh dari panahan, bahkan olahraga. Selain pelatih, tim panahan pun harus dipilih 3 orang atlet wanita terbaik. Mereka adalah Nurfitriyana (Bunga Citra Lestari), Lilies (Chelsea Islan) dan Kusuma (Tara Basro).

Sementara itu, waktu menuju olimpiade semakin dekat, tetapi para 3 Srikandi ini pun memiliki masalah rumitnya masing-masing.

Di bawah ancaman tidak akan diberangkatkan sama sekali, pengurus persatuan panahan, Pak Udi (Donny Damara), mesti membujuk dan meyakinkan Donald untuk mempersiapkan tim panahan wanita.

5. Sokola Rimba

Sokola Rimba adalah film yang mengisahkan tentang seorang wanita muda idealis yang pergi ke rimba Indonesia dan mengajari anak-anak suku dalam.

Setelah hampir tiga tahun bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi, Butet Manurung (Prisia Nasution) telah menemukan hidup yang diinginkannya.

Baca juga:
Cak Now Show: Kiat Sutradara Gina Produksi Film Indonesia di Saat Pandemi Covid

Ia mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak-anak masyarakat suku anak dalam, yang dikenal sebagai Orang Rimba. Orang Rimba tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas.

6. Susi Susanti: Love All

Film biopik berjudul Susi Susanti: Love All dirilis 24 Oktober 2019 lalu. Film ini di sutradarai oleh Sim F, bercerita tentang tajamnya kekejaman orde baru (orba) dengan dingin, sabar, dan berani.

Di saat terjadi gejolak ekonomi, Susi memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menunjukkan kepada negaranya dan dunia bahwa kepahlawanan diukur dari kedalaman pengorbanan seseorang.

Film ini menceritakan Susi kecil yang telah menyukai olahraga badminton. Kecintaan, latihan dan ketekunan membawanya sampai pelatihan nasional. Selain dukungan keluarga yang besar, Liang Chiu Sia sebagai pelatih dan para rekannya juga memiliki andil besar.

Proses panjang dan berat yang dia lakukan kemudian membawanya pada Olimpiade Barcelona, momen yang akan terus diingat oleh bangsa Indonesia sebagai peraih medali emas cabang badminton.

Mewakili Indonesia dalam ajang Internasional, terlebih saat sedang terjadi masalah di dalam negeri, memberikan masalah tersendiri. Salah satunya dalam hal administrasi.

Namun apa pun itu, para atlet yang sedang bermain juga mempunyai kesempatan untuk menunjukan bahwa semua bisa menjadi pahlawan. Dengan prestasi yang sedang dia perjuangkan, bukan tidak mungkin, itu menjadi modal persatuan di Indonesia yang sangat rentan pecah. Terlebih Susi berasal dari keturunan Tionghoa yang saat itu hidup dalam ancaman.

Film ini sukses meraih banyak penghargaan seperti menang di ajang Festival Film Indonesia 2020, Festival Film Tempo 2019, dan Indonesian Movie Actors Awards. Film ini juga masuk kedalam beberapa kategori di ajang Piala Maya 2019 dan Festival Film Bandung.

7. Tanah Surga Katanya

Tanah Surga Katanya mengisahkan keluarga yang menjalani kehidupan di perbatasan Indonesia-Malaysia. Berbagai rintangan silih berganti agar keluarga bisa merasa aman dan tentram.

Kecintaan kepada negara dan rasa nasionalisme cukup tergambarkan dalam film besutan Herwin Novianto ini. Dirilis pada 15 Agustus 2012, film ini salah satu yang patut untuk disaksikan di hari Sumpah Pemuda.