Pixel Code jatimnow.com

Batik Kinnara Kinnari Banyuwangi Dipesan Banyak Vihara, Ini Sebabnya

Editor : Zaki Zubaidi  
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani melihat batik Kinnara Kinnari. (Foto: Pemkab Banyuwangi)
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani melihat batik Kinnara Kinnari. (Foto: Pemkab Banyuwangi)

jatimnow.com - Batik Kinnara Kinnari banyak mendapat pesanan dari vihara. Industri batik yang terletak di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran itu, mengusung motif filosofi ajaran Buddha. Seperti corak roda Dhamma, daun Bodhi, Teratai, dan sebagainya.

Batik Kinnara Kinnari ini diproduksi oleh ibu-ibu Buddhis yang tergabung dalam kelompok Panca Vihara.

“Awalnya kami mendapatkan pelatihan membatik di Vihara tempat kami melakukan pujadharma. Dari sana, kami tercetus ingin membuat usaha batik bersama,” ujar Indah Yuswaningtyas, salah satu penggagasnya, dilansir laman resmi Pemkab Banyuwangi, Selasa (25/6/2024) lalu.

Indah menceritakan usaha batik tersebut dimulai sejak tahun 2020 dengan melibatkan banyak perempuan Buddhis dari desa setempat.

Indah menambahkan, Kinnara Kinnari diambil dari nama Dewa Dewi Keharmonisan.

“Harapannya ini bisa membawa berkah dan kebaikan bagi semuanya,” ungkapnya.

Sejak berdiri mereka konsisten mengangkat corak-corak Buddhis dalam karyanya. Menurut mereka, ini adalah cara untuk terlibat dalam menghidupkan ajaran Buddha.

Baca juga:
Bupati Banyuwangi Serahkan 26 Kendaraan Operasional Kesehatan untuk Blusukan

Berjalan tiga tahun, kelompok ini telah memproduksi sedikitnya 25 corak yang mengkombinasikan batik tradisional Banyuwangi dengan motif Buddhis. Batik produksi mereka telah merambah ke pasar nasional, melalui penjualan online. Per lembar kain batik dibanderol dengan harga Rp. 135-150 ribu.

“Jika ditotal sudah ribuan yang terjual. Vihara-vihara dari seluruh Indonesia sudah pernah memesan batik Buddhis kami,” ungkap Indah.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani pun melaksakana kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) di desa tersebut. Ia mengapresiasi kelompok perempuan Buddhis tersebut.

Menurut Ipuk, selain sebagai dharma mereka, usaha batik Buddhis menjadi instrumen pemberdayaan ekonomi, khususnya bagi kaum perempuan.

Baca juga:
Seblang Bakungan Banyuwangi, Ritual Ratusan Tahun yang Masih Lestari

“Ini salah satu upaya peningkatan kemandirian ekonomi. Ibu-ibu rumah tangga diberdayakan menjadi perajin batik sehingga memilki penghasilan untuk menambah pendapatan keluarganya,” kata Ipuk.

Dalam kesempatan itu, Ipuk juga menyerahkan surat rekomendasi untuk memfasiltasi pengurusan hak kekayaan intelektual (HKI) produk batiknya. Hal ini untuk memperoleh perlindungan secara hukum atas karya mereka.

“HKI penting agar produk yang kita buat tidak diakui oleh pihak lain. Dengan HKI, daya saing dan jangkauan pasar juga lebih meningkat,” tambah Ipuk.