Pixel Code jatimnow.com

Festival Endhog-endhogan, Cara Banyuwangi Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW

Editor : Endang Pergiwati  
Pawai Endhog-Endhogan di Banyuwangi. (Foto: Humas Pemkab Banyuwangi for jatimnow.com)
Pawai Endhog-Endhogan di Banyuwangi. (Foto: Humas Pemkab Banyuwangi for jatimnow.com)

jatimnow.com - Warga Banyuwangi menggelar Festival Endhog-endhogan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi turun temurun ini digelar di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi.

Dalam tradisi ini, telur (endhog) rebus dihias dengan bunga kertas lalu ditancapkan di pohon pisang berhias (jodhang) serta diarak keliling kampung atau ditaruh di masjid. Tradisi Endhog-endogan ini diiringi dengan pembacaan selawat, barzanji, dan zikir serta doa-doa.

Pawai ribuan pohon telur (jodhang) diarak sejauh 1,5 km, dari depan Masjid Baiturrahman menuju Kantor Desa Kembiritan. Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani bersama ribuan warga tampak mengikuti pawai endhogan-endhogan.

Iringan rebana, musik-musik islami, serta lantunan selawat yang terus menggema membuat semarak suasana pawai. Arak-arakan jodhang, kembang telur beraneka warna, serta ornamen-ornamen bernuansa islami juga membuat suasana semakin atraktif. Ada replika ka’bah, telur raksasa, hingga kubah masjid berukuran besar.

“Saya sangat mengapresiasi gotong-royong warga Desa Kembiritan dalam melaksanakan tradisi Endhog-endhogan. Tradisi ini merupakan bentuk ekspresi kecintaan masyarakat kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Sekaligus ajang silaturahmi untuk mempererat persaudaraan,” kata Bupati Ipuk saat melepas melepas pawai Festival Endhog-endhogan, seperti dilansir dari laman Pemkab Banyuwangi pada Selasa (17/9/2024).

Di desa ini, tradisi endhog-edhogan selalu digelar meriah setiap tahun saat peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Baca juga:
Pesan Pj Wali Kota Mojokerto pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Tradisi endhog-endhogan sendiri sangat populer di Banyuwangi sejak abad ke-18. Hampir di setiap kampung di Banyuwangi, warga menyambut Maulid Nabi (Kelahiran Nabi Muhammad SAW) secara sukacita dengan mengarak ribuan telur mengelilingi kampungnya.

Menurut Ipuk, ajang ini bukan sekadar mengarak ribuan telur yang ditancapkan di batang pohon pisang, namun sebagai simbol nilai-nilai Islam yang harus dimiliki setiap umat muslim.

Tradisi ini juga menjadi pengungkit ekonomi warga. Tak hanya pedagang telur yang kelarisan dagangan, para perajin dan penjual kembang telur juga kecipratan rezeki karena permintaan yang tak pernah sepi.

Baca juga:
Tradisi Unik Maulid Nabi di Bangkalan, Berebut Barang hingga Ternak

“Tak hanya itu, tradisi endhog-endhogan juga menjadi sarana edukasi bagi anak-anak agar semakin mencintai Baginda Rosul (Muhammad SAW), kemudian menjadikan Beliau sebagai idola. Dengan terus menggemakan contoh-contoh baik Beliau, harapannya anak-anak akan terbiasa meneladani sifat-sifat Beliau,” kata Ipuk.

Sementara itu, Ketua panitia festival, Muhammad Izzudin menjelaskan, pawai endhog-endhogan diikuti lebih dari 1000 peserta yang berasal dari 7 dusun di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng.

“Usai pawai, festival dilanjutkan dengan pembacaan dzikir maulid dan pengajian umum. Sebelumnya, juga diawali dengan gerakan membaca 1000 selawat yang telah dimulai sejak 5 September lalu,” ujarnya.