Pixel Code jatimnow.com

Pengakuan 22 Staf BPPD Sidoarjo saat Dihadirkan di Sidang Korupsi Gus Muhdlor

Editor : Redaksi   Reporter : Ahaddiini HM
Gus Muhdlor (batik-kuning) dalam sidang korupsi di Pengadilan Tipikor Surabaya (foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)
Gus Muhdlor (batik-kuning) dalam sidang korupsi di Pengadilan Tipikor Surabaya (foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)

jatimnow.com - Sidang lanjutan perkara dugaan pemotongan dana insentif pegawai Badan Pelayanan Pajak Daerah (BPPD) Sidoarjo kembali digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Surabaya, Senin (21/10/2024).

Dalam sidang tersebut, Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menghadirkan 22 staf BPPD Sidoarjo. Mereka diperiksa secara bergantian menjawab pertanyaaan JPU, hakim, dan terdakwa Eks Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali (Gus Muhdlor).

Puluhan staf BPPD Sidoarjo yang dihadirkan dalam persidangan antara lain, Abdul Muntholib, Agus Suriyanto, Ali Murtadin, Suyono, Dichril Adoi, Febriyanto Cahyo Santoso, Hermadi Listiawan, Ismi Maulida.

Kemudian, Jasmi Indri Astuti, Joko Sumono, Juarti, Luailus alias Ilus, Pramungkas Adi Yudha, Erik Hidayat, Rahmat Hendrawanto, Sari Dewi Yunitawati, Sintya Nur Afrianti, Sodikin, Surendro Nur Bawono, Suyadi, Yulis Zahra Rizkya, dan Sutrisno.

Para saksi secara umum mengiyakan telah mengalami pemotongan insentif yang dibayar dalam periode 3 bulanan. Namun saksi Hermadi Listiawan mengaku tidak mengetahui pasti kegunaan uang hasil pemotongan tersebut. 

Informasi yang pernah diketahuinya, pemotongan tersebut untuk keperluan kantor, makan-makan, pendanaan kegiatan kantor, dan THR. 

"Detail untuk pribadi saya enggak tahu keperluan kantor, makan-makanan, kegiatan THR, untuk tambahan kegiatan buat jalan-jalan," katanya menjawab pertanyaan JPU.

Senada, saksi Sintya Nur Afrianti, a mengaku, uang tersebut dipakai untuk kegiatan makan-makan. 

"Perkiraan uang dipakai makan-makan seluruh pegawai BPPD," ujar Saksi Sintya Nur Afrianti.

Dalam sidang, kuasa hukum Muhdlor, Mustofa Abidin juga mengajukan pertanyaan untuk para saksi. 

"Apakah ada yang pernah dihadapkan pada bupati soal pemotongan itu," tanya Mustof. 

Jawaban para saksi, "tidak pernah," ucap para saksi.

Termasuk Gus Muhdlor diberi kesempatan oleh hakim untuk memberikan peninjauan atas kesaksian para saksi 

Baca juga:
Gus Muhdlor Dituntut 6 Tahun 4 Bulan atas Kasus Korupsi Insentif BPPD Sidoarjo

 "Pernahkah ada yang mengasih uang ke saya?" tanya Muhdlor.

"tidak pernah," jawab para saksi kembali.

"Pernahkah saya masuk ke kantor BPPD Sidoarjo?,"tanya Muhdlor. 

"tidak pernah," ucap mereka kembali.

Mendengar jawaban para saksi, Gus Muhdlor mengaku lega dan berkelakar untuk meminta para saksi kembali pulang dari kantor pengadilan untuk kembali bekerja. 

"Sudah clear ya. Silahkan pulang kerja lagi. Jangan belok-belok," ucap Muhdlor.

Baca juga:
Sidang Korupsi BPPD Sidoarjo, Gus Muhdlor Beber Alur Penyelewengan Uang

"Apakah kasus ini dulu pernah terjadi sebelum zaman saya?" tanya Gus Muhdlor. 

"Sebelumnya sudah ada," jawab para saksi. 

Dalam perkara ini, Muhdlor dikenakan dakwaan pertama karena melanggar Pasal 12 huruf F, Jo Pasal 16 UU RI No 20 tahun 2021 tentang perubahan atas UU RI No 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tipikor Jo Pasal 55 ayat 1 kesatu Jo Pasal 64 Ayat 1 KUHP. 

Kedua, Muhdlor didakwa melanggar Pasal 12 Huruf E Jo Pasal 18 UU RI 20 Tahun 2021 tentang perubahan atas UU RI No 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tipikor Jo Pasal 55 ayat 1 kesatu Jo Pasal 64 Ayat 1 KUHP.  Ini terungkap setelah KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) pada 25-26 Januari 2024. 

Hal ini terungkap setelah KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) pada 25-26 Januari 2024.

Eks kepala BPPD Ary Suryono dan eks Kasubag Umum Siska Wati juga ditetapkan tersangka bahkan sudah divonis atas perkara tersebut.