jatimnow.com – Kain Tenun Ikat Bandar Kidul Kota Kediri semakin berkilau. Sentuhan strategis Bank Indonesia, melalui edukasi hingga akses pasar yang lebih luas, sukses memperkuat eksistensi dan daya saing wastra Nusantara yang diperkirakan sudah ada sejak awal 1900-an.
Di salah satu gerai tertua saat ini, Medali Mas milik Siti Ruqoyah (56) di Kampung Tenun Ikat Bandar Kidul, denting ritmis alat tenun bukan mesin (ATBM) memecah pagi. Para penjaga tradisi kembali menyusun benang dengan penuh setia, menciptakan selembar kain yang memesona.
Kain Tenun Ikat Bandar Kidul benar-benar menemukan tuannya. Di tengah zaman yang tak lagi sama, ketika mesin pabrik berlari tanpa jeda, motif modern saling berebut rupa, dan pasar menuntut lebih dari sekadar tradisi, kain ini tetap dicinta. Bahkan, badai Covid-19 tak mampu benar-benar meruntuhkannya.
Salah satu cinta datang dari Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri, yang memborong beberapa kain saat berkunjung ke sana beberapa waktu lalu. Termasuk Istri Wali Kota Probolinggo, dr. Evariani Aminuddin.
Kecintaan Evariani terhadap kain tenun ikat Bandar Kidul bermula dari pertunjukan fesyen di Bandara Dhoho Kediri. Saat itu, ia bersama para istri delegasi Musyawarah Komisariat Wilayah IV (Muskomwil) ke-13 Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) disuguhkan penampilan para model yang tampak anggun mengenakan kreasi wastra Nusantara tersebut.
Menurut Evariani, kain tenun memiliki tekstur yang lembut serta nyaman dikenakan. Corak yang dihasilkan tangan-tangan kreatif para perajin melalui 14 tahapan pengerjaan juga dinilainya sangat menawan.
“Saya sangat menyukai tenun Kediri. Tenun ini sangat spesifik, lembut, warnanya berkilau, halus, nyaman dipakai di badan. Itu kesan pertama saya,” kata Evariani saat itu.
Siti Ruqoyah, perajin kain tenun ikat tertua saat ini, sedang mendesain kain tenun bermotif Tirto Wajik di gerai Medali Mas miliknya. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Di balik kilau Kain Tenun Ikat Bandar Kidul Kota Kediri, ada sentuhan strategis dari Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kediri. Mulai dari edukasi hingga akses pasar yang luas.
Dalam penelusuran digital, dukungan KPw BI Kediri bagi Tenun Ikat Bandar Kidul telah terlihat sejak 2015. Bersama Pemerintah Kota Kediri dan Polres Kediri Kota, BI membuka Showroom Bersama Tenun Ikat Bandar Kidul Kota Kediri.
Perjalanan terus berlanjut. BI memberikan bantuan ATBM dan mesin gulung benang, serta pelatihan diversifikasi produk UMKM pendukung pariwisata pada 2021.
Jejak Bank Indonesia di UMKM andalan kota yang kini berusia 1.146 tahun itu memang terekam setiap tahun. Pada 2022, mereka memberikan pelatihan korporatisasi dari KUB menjadi Koperasi Bankid.
BI kemudian menghadirkan pelatihan pewarnaan bersama desainer nasional Wignyo Rahadi pada tahun 2023. Pelatihan tersebut menyasar para perajin Tenun Ikat Bandar Kidul dengan fokus peningkatan kualitas warna, teknik padu padan, serta standardisasi produk agar mampu bersaing di pasar premium.
Pelatihan ini menjadi titik balik. Bukan hanya meningkatkan kualitas, tetapi juga membangkitkan kembali kepercayaan diri para perajin.
Setelah kualitas diperkuat, panggungnya dibuka lebih lebar. Tenun Ikat Bandar Kidul dibawa BI Kediri ke berbagai ajang kurasi dan promosi, mulai dari FESyar, Karya Kreatif Indonesia (KKI), hingga Karya Kreatif Mataraman (KKM). Termasuk mendukung penuh Dhoho Street Fashion dan Jakarta Fashion Trend sebagai bagian dari upaya mengembangkan produk khas Kota Kediri, serta menggandeng desainer lokal dan desainer difabel untuk tampil.
Dari situlah kain-kain Bandar Kidul mulai bertemu pembeli baru, kurator mode, dan pasar yang lebih percaya diri membayar karya lokal dengan harga layak. Showcasing itu ibarat jendela yang selama ini tertutup, akhirnya dibuka agar cahaya masuk.
Mira salah satu pekerja di Medali Mas tengah menyelesaikan selembar tenun ikat. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
“Betul (komitmen dukungan), sebagai salah satu produk unggulan dari Kediri, kami terus dorong,” ujar Analis Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM, KI dan Syariah, Chandra Sulistyo Rahardjo, Senin (20/10/2025).
Kutipan itu bukan sekadar kalimat seremonial. Para perajin benar-benar merasakannya dalam bentuk pelatihan, pendampingan, hingga akses pasar hal yang sebelumnya tak pernah mereka bayangkan.
Baca juga:
Melihat Kediri Finfest 2025, Kolaborasi Perkuat Literasi dan Inklusi Keuangan
Ketua Koperasi Bankid Berkah Kediri sekaligus pemilik Tenun Bandoel, Erwin Wahyu Nugroho, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, dukungan Bank Indonesia bersama Pemkot Kediri dilakukan secara menyeluruh.
“Semua (BI dan Pemkot Kediri) mendukung, mulai dari promosi pameran, study banding, bahkan alat mesin,” kata Erwin.
Promosi Bank Indonesia Kediri saat pameran ulang tahun BI juga berhasil menarik minat Wignyo Rahadi untuk menggunakannya sebagai bahan pakaian Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada pembukaan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-37, Oktober 2022.
Jokowi tampak berkarisma dengan balutan kemeja tenun ikat berwarna cokelat, hasil kolaborasi Erwin dan Wignyo Rahadi.
Bahkan, kata Erwin, pandemi Covid-19 yang menjadi pukulan telak bagi para pengusaha khususnya UMKM, justru membawa berkah karena BI memesan masker kain tenun dari kampung itu.
“Pandemi itu justru penuh berkah, soalnya baik dari Pemkot maupun BI waktu itu banyak pengadaan masker tenun ikat,” kisahnya.
Efek Domino Pemberdayaan Ekonomi Warga
Dukungan Bank Indonesia dari hulu ke hilir turut memberikan efek domino pemberdayaan ekonomi warga sekitar. Ada ratusan pekerja, mayoritas ibu-ibu, di Bandar Kidul, Kota Kediri.
Salah satunya Mira, yang telah bekerja selama 11 tahun di Medali Mas. Fokus menghadap ATBM di gerai kedua Medali Mas yang dikelola Yusna Qurrota A’yun (32), anak pertama Siti Ruqoyah, tangannya telah terampil menenun kain-kain cantik yang sempat dikenakan aktor Korea Selatan, Song Kang.
Baca juga:
Survei Konsumen BI Kediri: Keyakinan Terhadap Kondisi Ekonomi Menguat
Sehari dalam delapan jam kerja, Mira mampu menyelesaikan satu setengah potong kain berukuran 2,5 meter × 90 sentimeter. Tangannya mendorong balok dada sekuat tenaga, bergerak selaras dengan kakinya yang menghentak bergantian, sementara matanya terus memandang tajam teropong umpan, memastikan benang tetap berbaris rapat.
Dengan satu hari libur dalam sepekan, ia mampu menyelesaikan enam hingga tujuh potong kain dan mendapat upah hingga Rp350 ribu. Nilai yang relatif cukup untuk hidup di Kediri. Ia sangat bersyukur bisa membantu ekonomi keluarga. Suaminya bekerja sebagai kuli bangunan.
“Sudah 11 tahun,” kata Mira saat beristirahat sambil menyantap bekal nasi lodeh bersama lima wanita tangguh lainnya. Di antaranya ada Zuhrotul Azizah (22), yang baru bergabung tiga tahun lalu.
Umaha sedang mengikat benang di rumahnya. Dia bekerja untuk Medali Mas sejak puluhan tahun. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Umaha Tikum (53) lebih lama lagi mengabdi di Medali Mas. Namun ia tidak bekerja bersama Mira, Azizah, dan perempuan lainnya. Ibu tiga anak itu membawa pulang pekerjaannya mengikat benang ke rumah yang berjarak dua rumah dari Medali Mas 1. Semua ia kerjakan sambil tetap mengurus anak bungsunya yang masih duduk di kelas 6 SD. Anak keduanya baru wisuda, sementara anak pertamanya kini sudah berkeluarga.
Bagi Umaha, penghasilan ini sangat berarti. Dahulu hanya pekerjaan sampingan, tetapi seiring pertumbuhan Medali Mas, ia merelakan waktunya untuk turut menjaga tradisi ini. Ia bahkan berhasil membantu suaminya seorang sopir menguliahkan putra-putrinya.
“Dulu hanya sampingan karena gajinya sedikit, minim lah. Sekarang alhamdulillah. Satu (desain), istilahnya satu bak ya, itu Rp40–60 ribu tergantung desain. Kalau rapat begitu ya Rp60 ribu. Sangat cukup. Nanti selesai satu bak dikumpulkan, langsung diberi (bak) lagi sama Bu Siti,” ujar Umaha.
Pernyataan Umaha menegaskan luar biasanya Kampung Tenun Ikat Bandar Kidul. Dukungan dari Bank Indonesia, termasuk Pemerintah Kota Kediri, menyatu sempurna dengan semangat para perajin di sana.