Pixel Codejatimnow.com

Wouw, Tempe Kini Semakin Mendunia

 Reporter : Erwin Yohanes
Smoothies tempe, salah satu olahan makanan berbahan tempe.
Smoothies tempe, salah satu olahan makanan berbahan tempe.

jatimnow.com - Tempe telah eksis di Indonesia sejak abad ke 16 (menurut kitab Serat Centhini) yang digunakan sebagai makanan utama di keraton.

Kini tempe eksistensinya sudah mendunia. Kebanyakan vegetarian di luar negeri banyak menggunakan tempe sebagai pengganti daging.

United States Soybean Export Council (USSEC) selaku produsen kedelai dari Amerika bersama Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katholik Widya Mandala (UKWMS) berkolaborasi mengadakan 13th SE Asia Soy Food Symposium 2018Ballroom A, di Hotel Shangri-La Surabaya.

Acara ini menghadirkan 17 pembicara dari berbagai belahan negara yang berkontribusi untuk menyampaikan pemikirannya terhadap perkembangan pemanfaatan kacang kedelai.

Made Astawan selaku Ketua The Indonesia Tempe Forum (TIF) dalam materinya menyampaikan, banyak produsen tempe di Indonesia, meski tidak semuanya memiliki teknik yang baik dan benar dalam membuat tempe.

Baca juga:
Wanita asal Probolinggo Disambar Kereta Api di Surabaya

Maka, salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam memproduksi tempe adalah perbaikan kualitas baik dari segi teknik maupun kebersihan.

"Cara kolaboratif yang dapat dilakukan adalah dukungan dari berbagai pihak, yaitu pemerintah, produsen tempe, produsen kedelai, institusi riset pangan, dan industri pangan," ujar Made.

Melalui cara kolaboratif ini diharapkan konsumsi tempe terutama bagi generasi muda semakin giat, layaknya mengenakan pakaian batik dalam berbagai acara. Sekaligus agar tempe dapat diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya.

Baca juga:
Pegadaian Dinoyo Surabaya Catat Rekor Transaksi Tembus Rp5 Miliar Pasca-Lebaran

"Nilai sosial yang dimiliki tempe adalah orang Jawa merupakan orang yang adaptif, berkompeten, dan dapat bergaul dengan setiap orang, karenanya tempe dapat dimakan dengan ataupun tanpa lauk pendamping," pungkas Ngadiman selaku guru besar di UKWMS.

Reporter: Arry Dwi Saputra

Editor: Erwin Yohanes