jatimnow.com - Selain meninggalkan keluarganya di Ngawi, kepergian Nur Rohman dan Dewi Rodhatul Mustofa, istrinya serta dua anaknya yang masih kecil juga membuat surau tempat pengajiannya di Desa Dempel, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, menjadi sepi.
Padahal sebelum mereka eksodus ke Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Fallahil Mubtadiin yang diasuh KH Muhammad Romli Soleh atau Gus Romli, di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang tersebut, surau buatan Rohman selalu diisi dengan acara pengajian rutin.
Maklum saja, selama tinggal di kampung istrinya itu, Rohman sudah memiliki banyak jemaah pengajian. Surau itu sendiri dibangun di pekarangan komplek keluarga besar Dewi, istri Rohman. Dan saat ini, rumah dan surau mereka dirawat oleh Sukarni dan Karmini, ayah dan ibu kandung Dewi atau mertua Rohman.
Baca juga: Warga Ngawi Eksodus ke Malang Akibat Doktrin Kiamat Bertambah 2 Orang
Dari pantauan jatimnow.com, surau yang dibangun Rohman untuk pengajian tidak begitu besar yang bermenara sekitar 10 meter. Sedangkan tempat tinggal mereka juga cukup sederhana.
Baca juga:
- Satu Keluarga di Ngawi Juga Eksodus ke Malang Akibat Doktrin Kiamat
- Jejak Keluarga di Ngawi yang Eksodus ke Malang Akibat Doktrin Kiamat
Ibu mertua Nur Rohman, Karmini yang saat itu berada di dalam rumah anaknya, menantu dan dua cucunya tersebut.
"Cucu saya bernama Ahmad Haidar dan Ahmad Nauval," ungkap Karmini, Sabtu (16/3/2019).
Sambil menyeka air matanya, Karmini mengaku tidak mengira anak dan dua cucunya itu dibawa menantunya berhijrah ke Malang.
Baca juga: Jamaah Doktrin Kiamat Batal Eksodus karena Disuruh Berendam
Menurutnya, setahun terakhir Rohman mendirikan sebuah kelompok kajian sekaligus pengobatan alternatif dengan jumlah jemaah ratusan orang yang berasal dari warga sekitar dan luar kampungnya.
"Ada yang dari Desa Klitik, Beran dan mana lagi gitu, lupa saya," tambahnya.
Namun, Karmini mengaku tidak mengetahui pasti bagaimana menantunya memberikan kajian.
Sementara, Kepala Desa Dempel, Sugeng Wiyono mengaku bahwa kajian yang didirikan Nur Rohman sudah sekitar tiga tahun. Sedangkan pengajian di surau yang dipimpin Rohman itu hanya digelar sebulan sekali. Selebihnya Rohman berkeliling untuk mengisi pengajian.
Baca juga: Jejak Keluarga di Ngawi yang Eksodus ke Malang Akibat Doktrin Kiamat
"Jamaahnya juga pakaiannya biasa saja sebenarnya. Ya baju koko putih," tegasnya.
Untuk doktrin kiamat, lanjut ia, belum mendengarkan secara langsung. Hanya saja beberapa warganya bercerita demikian.
"Warga saya cerita ke saya ada beberapa doktrin. 7 doktrin kalau gak salah. Ada yang kiamat, kemarau panjang, terjadi huru -ara itu juga," pungkasnya.