jatimnow.com - Festival Karapan Sapi Brujul digelar dalam rangkaian Seminggu di Kota Parobolinggo (Semipro) di lapangan Kelurahan Jrebeng Kidul, Kecamatan Kedopok, Sabtu (7/9/2019).
Karapan Sapi Brujul milik Kota Probolinggo sendiri telah ditetapkan sebagai warisan kebudayaan tak benda asli daerah setempat oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud RI) pada Agustus 2019 kemarin.
Festival ini diikuti 50 pasang sapi dari yang diperlombakan adu cepat di lapangan berlumpur berukuran 135 x 25 meter dengan kedalaman 50 sentimeter yang dipandu oleh seorang joki yang sudah dipilih masing-masing pemilik.
Baca juga: Ponorogo Creative Festival 2024 Kembali Digelar, Perkuat Jaringan Kota Kreatif
"Festival ini sebagai bentuk pelestarian budaya daerah. Apalagi saat ini Karapan Sapi Brujul sudah diakui sebagai warisan budaya asli Kota Probolinggo," kata Wali Kota Probolinggo, Hadi Zainal Abidin.
Ia berencana akan terus mempromosikan budaya ini di tingkat nasional bahkan internasional.
"Sehingga kebudayaan lokal bisa lebih dikenal masyarakat luas. Secara otomatis akan bisa menjadi daya tarik wisatawan bisa berkunjung ke Kota Probolinggo," jelasnya.
Baca juga: Teknologi Ciptaan Mahasiswa PCU Ini Jaga Postur Tubuh Agar Tetap Sehat
Pemkot Probolinggo berencana akan menggelar kembali Festival Karapan Sapi Brujul pada Oktober bulan depan dalam Hari Jadi Provinsi Jawa Timur.
"Kami akan berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Jawa Timur untuk bisa melaksanakan kegiatan Karapan Sapi Brujul di tingkat nasional sehingga kegiatan ini juga bisa diikuti oleh masyarakat daerah lain," terangnya.
Ia menceritakan, Karapan Sapi Brujul merupakan budaya asli Kota Probolinggo. Sekitar tahun 1960, petani memiliki kebiasaan sebelum membajak tanah sawah untuk menanam padi kerap menggelar perlombaan dengan pemilik sapi lainnya.
Baca juga: 10 Semifinalis Festival Musik Milenial Kolega Siap Unjuk Gigi di Depan Ganjar - Mahfud
Perbedaan Karapan Sapi Brujul dengan karapan pada umumnya, terletak pada jenis sapinya. Sapi Brujul merupakan sapi yang dipakai warga Kota Probolinggo untuk membajak sawahnya. Selain itu, Karapan Sapi Brul digelar di lapangan berlumpur.
Dalam perlombaan, tidak diperbolehkan penjoki mengunakan paku saat memacu tunggannya. Pejoki hanya diperbolehkan mengunakan pecut saja sehingga pantat sapi tidak luka dan berdarah.