jatimnow.com - Meski tak lagi trending di media sosial, cerita horor KKN di Desa Penari masih terus menjadi perbincangan. Lokasi dalam cerita itu juga masih menjadi teka-teki, meski ada yang menyimpulkan di Banyuwangi dan Bondowoso.
Namun, di Ponorogo, terdapat desa penari, dalam makna sesungguhnya. Hal itu tidak lepas dari kesenian Reog Ponorogo yang mendunia. Seperti di Desa Sumoroto, Kecamatan Kauman, yang digadang-gadang sebagai lokasi Kerajaan Bantarangin yang diyakini sebagai pencetus kesenian reog.
Di desa ini, seluruh anggota kesenian reog mulai dari jathil, warok, kelono sewandono, bujang ganong hingga pembarong, semua memiliki gerakan tarian yang istimewa.
Baca juga: Ponorogo Wakili Indonesia dalam Jejaring Kota Kreatif Unesco
Monumen Bantarangin berdiri di desa ini sebagai pengingat bahwa Sumoroto sebagai petilasan sebuah kerajaan. Karena cerita tersebut, warga Desa Sumoroto memiliki keyakinan untuk terus melestarikan kesenian reog.
Alunan musik pengiring reog tak pernah berhenti menggema di desa ini. Puluhan warga dari berbagai usia tampak serius berlatih, mengikuti arahan dari sang koreografer, Wisnu Hadi Prayitno.
"Tahun 1980-1990an, Sumoroto dikenal sebagai 'gudangnya' warok dan pembarong (penari pembawa dadak merak)," tutur Wisnu, yang merupakan seniman sekaligus penggiat budaya reog Wisnu ini kepada jatimnow.com saat ditemui di rumahnya, Sabtu (14/9/2019)
Wisnu menambahkan, Ponorogo memiliki 307 desa/kelurahan. Menurutnya, setiap desa, pasti memiliki penari, sehingga Ponorogo layak disebut sebagai kota penari.
"Dengan keyakinan tersebut, masyarakat Ponorogo bisa terus tekun berlatih demi menjaga kelestarian reog di masa mendatang. Sehingga desa atau kota penari sejatinya ada di Ponorogo," tuturnya.
Menurutnya, berbagai buah manis didapat sejumlah penghuni desa penari ini. Sebanyak 6 orang dari Sanggar Kelas Sabuk Janur akhirnya diundang tampil di Azerbaijan, sebuah negara di Kaukasus di persimpangan Eropa dan Asia Barat Daya, pada 12-15 September 2019.
Baca juga: Disbudparpora Ponorogo Diundang Kemendikbud, Reog Segera Sidang ICH Unesco
Dia menjelaskan bahwa kesenian reog memiliki aura mistis yang dipadukan dengan seni tari dan musik, memang pantas selalu bisa memukau para penggemarnya. Ini merupakan kali kedua, sanggar milik Wisnu Hadi Prayitno ini tampil di Azerbaijan.
"Tahun lalu kami juga tampil di sana, temanya reog. Kalau tahun ini saya padukan kreasi tari reog dan pencak silat," ungkapnya.
Wisnu menambahkan, penampilannya kali ini berbeda. Sebab warok sebagai tokoh utama dalam pentasnya kali ini. Ada tiga warok yang akan menari diiringi alunan musik sekaligus pencak silat. Sedangkan, tiga orang lain bertugas sebagai Kelono Sewandono, jathil dan pembarong.
"Berbeda dengan penampilan reog, tapi tidak keluar pakem kok," terangnya.
Perpaduan tersebut, lanjut Wisnu, sebagai bentuk dukungan kepada Kemenpora untuk memperkenalkan pencak silat sebagai salah satu cabor untuk olimpiade. Dia mengaku mengambil tokoh warok yang segala hal bisa, termasuk dalam hal ilmu bela diri.
Baca juga: Langkah Disbudparpora Ponorogo Wujudkan Reog Diakui Dunia
"Kami ambil tokoh warok yang digambarkan mumpuni, terutama dalam hal ilmu bela diri. Warok itu bisa segala hal," sambungnya.
Tidak hanya di Azerbaijan, rencananya, Wisnu juga akan tampil di Australia. Untuk di Negeri Kanguru itu, ia akan tampil dengan iringan musik secara langsung sekaligus workshop serta pentas di sekolah yang ditunjuk. Tujuannya, ia ingin memperkenalkan pencak silat, reog dan karakter warok ke masyarakat luar negeri.
Sementara, pemilik Sanggar Kartika Puri, Sudirman merasakan hal serupa. Sanggar yang berdiri sejak tahun 1995 ini sudah berhasil mencetak generasi. Dia mengatrakan bahwa sanggar di Kelurahan Paju, Kecamatan Ponorogo ini sudah berhasil mencetak generasi, bahkan beberapa ada yang menjadi pelatih dan penari profesional.
"Kami fokus di kesenian tari tradisional Ponorogo serta tari kreasi lain, semua terus berkembang," tambah Sudirman.
Setiap Sabtu dan Minggu, puluhan anak didiknya rutin berlatih. Apalagi jika ada event yang akan diikuti, latihan akan semakin rutin. Dia berharap bisa mencetak kader di bidang seni Tari Reog Ponorogo, baik itu jathil, warok, bujangganong maupun kelono sewandono.