jatimnow.com - Sungai di Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan viral di media sosial lantaran tertutup busa. Dua desa yang dialiri sungai di kecamatan tersebut terdampak.
Camat Gempol, Nur Kholis mengatakan bahwa ada dua desa yang terimbas tumpukan busa sepanjang kurang lebih 500 meter tersebut.
"Waktu kami cek di lapangan, tadi itu sampai hampir setengah kilometer (tumpukan busanya). Meliputi dua desa di Kecamatan Gempol, yakni Desa Wonosari dan Sumbersuko," jelas Nur Kholis.
Baca juga: Pemotor Arogan Penantang Duel Perwira Polisi di Kediri Dievakuasi Satpol PP, Ternyata…
Nur Kholis menambahkan, tumpukan busa itu mulai tampak di aliran sungai dekat pemukiman warga sejak pukul 20.00 Wib, Kamis (13/8/2020). Namun busa yang terlihat saat itu tidak tebal.
Dan hari ini, warga dan pihak kecamatan mendapati tumpukan busa tersebut semakin tebal dan membumbung hingga menutupi aliran sungai serta jalan.
Baca juga: Viral Sungai di Pasuruan Tertutup Busa: Tolong Segera Diurusi Pak!
"Kita kan tidak tahu ya kalau ternyata mungkin tambah malam, tambah aktivitas. Sehingga semakin banyak (tumpukan busa) di pagi hari," terangnya.
Baca juga: Pemotor Arogan Tantang Duel Perwira Polisi di Kediri, Ngaku Anak Letkol
Terkait asal busa itu, Nur Kholis mengaku belum mengetahuinya. Namun ia sudah mendapat konfirmasi dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pasuruan yang menyebut bahwa perusahaan penghasil busa sudah didatangi dan diminta menghentikan aktivitasnya.
"Iya sudah dilakukan kunjungan tadi sama DLH. Pabriknya itu sebenarnya sudah tidak beroperasi. Tapi sama penjaganya, disewakan untuk tempat pencucian kaleng dan drum bekas," ungkapnya.
Menurut Nur Kholis, tumpukan busa di sungai Desa Sumbersuko dan Wonosari tersebut sudah hilang.
Baca juga: Viral Peternak Sapi Perah Buang Susu, Pakar UM Surabaya: Kelemahan Sistemik
"Kondisi saat ini karena angin dan panas, buih (busa) kalau ada angin dan panas ya kempes. Hilang," ujarnya.
Sementara hingga sampai saat ini, pihak kecamatan belum mendapat laporan warga, apakah ada efek negatif dari adanya tumpukan busa itu.
"Aliran air tersebut (yang tertutup tumpukan busa) digunakan untuk irigasi. Sampai dengan hari ini elum ada warga yang merasakan gatal-gatal. Kalau efek ke tanaman, juga belum ada (laporan) untuk saat ini," tandasnya.