jatimnow.com – Menjelang waktu berbuka puasa, Tim Koordinasi Pembinaan Pengawasan Makanan dan Obat (TKP2MO) melakukan inspeksi mendadak ke pasar takjil musiman yang ada di Jalan Ahmad Yani Kota Blitar, Senin (21/05/2018).
Dalam sidak itu, petugas mengambil sedikitnya 30 sampel makanan yang diambil dari para pedagang takjil.
Hasilnya, ditemukan sejumlah makanan yang dijual para pedagang positif mengandung bahan kimia berbahaya.
Baca juga: Aktivitas Trading Aset Kripto Meningkat di Momen Ramadan 2024
Tak hanya makanan yang siap saji yang positif bahan kimia berbahaya. Bahkan, kulupan atau rebusan daun bayam dan daun pepaya pada olahan pecel positif Boraks.
"Jadi, memang benar (kulupan positif formalin). Tadi ada juga Cincau yang mengandung Formalin, dawet mengandung Rodhamin B, dan kerupuk yang positif boraks," terang Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Blitar, dr Dharma Setyawan, seusai sidak.
Baca juga: Ramadan 2024, DPRD Surabaya Ajak Warga Limpahkan Syukur dan Berlomba Kebaikan
Menurut Dharma, kulupan yang positif formalin itu diketahui setelah dilakukan test di tempat. Dengan campuran formalin ini, maka tidak heran jika kulupan itu akan bertahan lebih lama dan warnanya cukup tajam, sehingga mampu memancing para pembeli.
Sedangkan Rodhamin B merupakan bahan dasar pewarna tekstil yang tidak aman bila dikonsumsi oleh masyarakat. Sedangkan formalin diketahui merupakan bahan pengawet untuk mayat.
"Dan imbasnya tidak langsung. Tiga bahan kimia ini sifatnya jangka panjang, baru bisa kelihatan nanti dampaknya di tubuh kita. Dia akan terakumulasi, baru nanti kelihatan misalnya kanker dan penyakit berbahaya lainnya," terang dia.
Baca juga: Pemkab Probolinggo Gelar Pasar Murah Selama Ramadan, Simak Jadwalnya
Ia menambahkan, bagi pedagang dengan makanan yang terbukti mencampur dagangannya dengan bahan-bahan kimia, akan dipanggil oleh Dinas Kesehatan Kota Blitar untuk mendapatkan pembinaan.
"Kita juga berharap agar masyarakat tidak mudah tertipu dengan wujud atau rupa makanan yang menarik. Karena bisa jadi itu malah yang berbahaya," pungkasnya.
Reporter: CF Glorian
Editor: Arif Ardianto