jatimnow.com - Warga Suku Osing di Banyuwangi hingga kini masih menjaga dan melestarikan warisan leluhur mereka. Salah satunya adalah layang-layang yang disakralkan untuk memberikan tanda.
Dua jenis layang-layang yang disakralkan itu berbentuk menyerupai binatang yaitu ular weling dan ikan pari.
Layang-layang berbentuk ular weling dan ikan pari itu awalnya dibuat tidak menggunakan kertas, melainkan dari daun tanaman gadung (umbi-umbian).
Baca juga: Mencicipi Lezatnya Bekamal, Olahan Daging Fermentasi Suku Osing di Banyuwangi
Salah satu tokoh adat Suku Osing, Sanusi (65) yang tinggal di Dusun Kampung Baru, Desa Glagah Kecamatan Glagah, mengatakan layang-layang yang disakralkan oleh warga pertama kali diterbangkan pada Tahun 1778.
"Layang-layang itu pertama kali diterbangkan pada Tahun 1778," jelasnya, Jumat (20/11/2020).
Baca juga: Melihat Lebih Dekat Tradisi Endhog-endhogan di Banyuwangi
Menurutnya, kedua layang itu tidak setiap saat diterbangkan. Hanya kondisi saat ada wabah atau pagebluk saja layang-layang itu diterbangkan. Tanda adanya penyakit itu bisa wabah menyerang manusia atau pun tanaman.
Jika layang-layang yang berbentuk ular weling diterbangkan, maka wilayah tersebut terdapat wabah seperti hama tikus atau pun serangga yang menyerang tanaman.
Baca juga: Pelaku Seni di Banyuwangi Gembira Diizinkan Menggelar Pementasan
"Sebaliknya jika layang-layang yang berbentuk ikan pari diterbangkan, maka di kawasan itu terdapat wabah penyakit atau pagebluk yang menyerang manusia," tandasnya.