jatimnow.com - Seorang pria bernama Joko (23) bersama rekan-rekannya mencari nafkah dengan menjadi manusia silver di wilayah Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.
Setiap pagi tiba, Joko kerap nangkring di Pasar Jajag. Dia juga sering berkeliling ke kampung-kampung untuk mengais rezeki di tengah Pandemi Covid-19.
Pria asal Desa Tembok Rejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi itu tepaksa melumuri badannya dengan cat warna silver, demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
Baca juga: Belasan Anak Jalanan dan Manusia Silver di Kediri Ditangkap karena Gedor Mobil
Joko bercerita, menjadi manusia silver tidak mudah baginya. Sebab caranya itu tidak mendapat restu dari keluarga. Padahal cara itu ia lakukan untuk mencukupi kebutuhan istri dan seorang anaknya yang kini hidup di tempat kos.
"Saya melakukan ini demi keluarga. Tapi istri menolak saya menjadi manusia silver. Kamu kerja yang lain saja, jangan menjadi manusia silver, aku mohon. Begitu kata istriku," tutur Joko, Jumat (17/9/2021).
Meski tak direstui sang istri, Joko tetap melanjutkan pekerjaannya itu. Sebab pendapatan menjadi manusia silver lebih menjanjikan ketimbang pekerjaan yang sebelumnya.
Baca juga: Kabur saat Dirazia, Manusia Silver Nyemplung Selokan
"Sejak istriku nggak setuju, kita sering cek cok hingga istriku meninggalkan aku mas. Kini aku hidup sendiri," ungkapnya.
"Sekarang setiap hari saya tidur di Terminal Jajaq. Sebab jika saya pulang saya selalu ditanya ibu, ke mana istrimu," sambung Joko.
Joko menjadi manusia silver sejak bulan lalu. Penghasilannya dalam satu hari mencapai Rp 150 ribu hanya dengan memperagakan gaya kejang.
Baca juga: Jeritan Hati Manusia Silver di Lamongan, Rela Iritasi Kulit demi Hidupi Keluarga
"Menjadi manusia silver butuh modal awal Rp 175 ribu. Itu untuk membeli serbuk oker," jelas dia.
Sebelum menjadi manusia silver, Joko mengaku bekerja sebagai buruh tani hingga mengamen.
"Dari semua pekerjaan itu, saya lebih nyaman menjadi manusia silver," aku Joko.