Pixel Code jatimnow.com

Jeritan Hati Manusia Silver di Lamongan, Rela Iritasi Kulit demi Hidupi Keluarga

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Adyad Ammy Iffansah
Yanto warga Purwodadi yang mengais rezeki di Lamongan sebagai manusia silver. (Foto-foto: Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)
Yanto warga Purwodadi yang mengais rezeki di Lamongan sebagai manusia silver. (Foto-foto: Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)

Lamongan - Mengais rezeki dari uluran tangan pengguna jalan di simpang tiga Kecamatan Deket, Lamongan terpaksa dilakukan Yanto (55) untuk sekadar menyambung hidup.

Kesulitan ekonomi mengharuskan pria asal Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah ini harus mencari pekerjaan sampingan dengan menjadi manusia silver selama kurang lebih 3 bulan terakhir.

Di balik wajah silver yang tersenyum pada pengguna jalan, ada jeritan hati yang tertahan. Di perantauan, ia bertahan meski tak punya tempat tinggal.

"Aslinya Purwodadi, dulu petani. Sudah 3 bulan ini jadi manusia silver di Lamongan, nggak ada tempat tinggal berpindah-pindah terus," ungkap Yanto, Kamis (20/4/2022).

Selama kurang lebih 3 bulan menjalani rutinitas seorang manusia silver, Yanto mengaku merasakan sakit, perih dan gatal akibat radang kulit yang muncul karena terlalu lama tertempel cat.

"Susah mas, dijalani saja. Ini cat asli kadang sampai perih panas, radang iritasi sampai merah dan gatal," ucapnya sambil sesekali melempar senyum ke pengguna jalan.

Baca juga:
Belasan Anak Jalanan dan Manusia Silver di Kediri Ditangkap karena Gedor Mobil

Yanto mangaku pasrah, menjadi seorang manusia silver adalah pilihan terakhir yang bisa ia kerjakan selain menunggu masa panen tiba di tengah sulitnya mencari pekerjaan yang layak.

"Nggak punya tempat tinggal di sini merantau saja tidur seadanya. Kalau pulang ya tetep ke Purwodadi. Itu pun kalau sudah punya uang," ujarnya.

Baca juga:
Kabur saat Dirazia, Manusia Silver Nyemplung Selokan

Yanto sempat menyebut mempunyai 1 istri dan 2 anak, meski pada akhirnya enggan menceritakan lebih dalam perihal keluarganya.

Yanto dengan segala apa yang diceritakannya adalah potret kehidupan manusia yang penuh pelajaran. Kadang kalanya kita perlu melihat orang-orang seperti Yanto agar bisa menikmati rasa bersyukur itu sendiri.