Batu - Kebanyakan orang memilih untuk beternak sapi atau kambing, namun berbeda bagi Eko Hariyanto. Ia lebih memilih beternak ulat sutra.
Warga Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu ini sangat tanggap menangkap peluang bisnis yang menjanjikan, hingga mendapat keuntungan yang lumayan besar.
"Saya tertarik mengembangkan ternak ulat sutra setelah melihat tetangga mengawali berternak ulat sutra," jelas Eko.
Baca juga: Manfaatkan Media Sosial, Peternak Lamongan Raup Cuan di Momen Idul Adha
Usaha yang sudah dia geluti selama 2 tahun ini pun semakin diseriusi. Pasalnya, Eko mendapat order secara berkelanjutan dari pabrik pengolahan sutra yang berada di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
Baca juga: Menengok Peternakan Kambing Kontes di Lojejer Jember, Harganya Sampai Rp25 Juta
"Di pabrik, sutra-sutra itu bisa diolah menjadi nilai lebih seperti kain, syal, baju hingga sepatu. Setiap 1 periode masa panen atau sebulan saya bisa menghasilkan 10 kilogram sutra. Dan setiap satu kilogramnya bisa dijual bekisar Rp250-300 ribu, tergantung kualitas yang dihasilkan," tuturnya.
Untuk kendala yang biasa dihadapi yaitu cuaca. Kondisi cuaca berpengaruh terhadap proses metamorfosis ulat jadi kepompong.
Baca juga: Gus Ipul Kukuhkan Agen Pelapor Peternak Peduli Penyakit Hewan
Eko mencontohkan, bila cuaca sering hujan membuat ulat lambat bermetamorfosis, karena tidak nyaman.
"Tidak itu saja, kendala lain yaitu ketersediaan pakan ulat sutra. Untuk mengatasinya saya melakukan penanaman-penanaman daun jarak di beberapa tempat demi memperbanyak stok pakan ulat," tukasnya.