jatimnow.com - Sebagai seorang peneliti atau periset muda di kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Kawasan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Trimanto Sutoyo (37), hari-harinya disibukkan dengan berbagai riset spesies tumbuhan langka.
Dia juga menjadi peneliti ahli konservasi tumbuhan di lahan reklamasi bekas galian tambang.
Namun siapa yang menyangka jika sebenarnya di tahun-tahun awal Trimanto lulus sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret Surakarta, tidak terbersit sama sekali niat untuk menjadi seorang peneliti.
Baca juga: Pemuda Hebat Ponorogo Dibekali Keterampilan, Kang Giri Dorong Munculnya Kreator Desa
"Usai lulus S1, saya ingin jadi guru PNS, alasannya ya biar dekat dengan rumah. Tapi saya tiga kali ikut tes, tidak lulus-lulus," tutur Trimanto kepada jatimnow.com, Rabu (26/10/2022).
Suatu ketika, Trimanto mendapat informasi dibukanya seleksi CPNS di instansi LIPI (sebelum BRIN berdiri) di Jakarta. Hasil kerja kerasnya berbuah manis. Dia akhirnya lolos seleksi dan menjadi peniliti di kantor LIPI Kebun Raya Purwodadi dan kemudian berdomisili di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan.
"Mungkin sudah rezekinya jadi peneliti," ucap Trimanto yang saat ini sudah bergelar Magister Biosains tersebut.
Bagi Trimanto, menjadi peneliti adalah tantangan yang harus dituntaskan secara tekun dan serius. Awal mula menjadi peneliti LIPI di bidang Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, hal yang terus digelutinya adalah menyelamatkan jenis-jenis tumbuhan terancam punah yang ada di pelosok Indonesia.
Tidak terasa, rutinitas tersebut sudah dilakoninya selama 11 tahun.
Baca juga: Cuan Kerajinan Jam Dinding Karakter Pahlawan, Karya Pemuda Wonosalam, Jombang
"Jadi selain meneliti di Jawa Timur, saya juga sering ke luar pulau," ucap pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah itu.
Hasil dari perjalanan penelitian yang ditekuninya pun tidak sia-sia. Trimanto menuangkannya menjadi 35 karya tulis ilmiah berupa Jurnal Internasional, Jurnal Nasional dan prosiding, yang bisa diakses semua orang.
Bahkan dia juga membuat sebuah karya buku ilmiah, di mana buku tersebut menjadi salah satu rujukan atau acuan para perusahaan tambang dalam pengelolaan keanekaragaman hayati. Buku tersebut diberi judul 'Saat Tambang Mengelola Keanekaragaman Hayati'.
Baca juga: Umar Syahroni, Pemuda Inspirator Kampus Merah Putih Untag Surabaya
"Bulan Juni 2022 kemarin, saya melakukan upaya konservasi bekerjasama dengan salah satu perusahaan tambang batu bara di Pulau Kalimantan. Sebelum lahan tambang digali, kami melakukan penyelamatan semua tumbuhan lokal dan mengukur keragamannya, sehingga ada gambaran rona awal saat dilakukannya reklamasi di area bekas tambanga," ungkapnya.
Sampai Oktober 2022 ini, Trimanto bersama tim peneliti lain bergerak melakukan penyelamatan tumbuhan terancam punah di dataran rendah Pulau Jawa, dengan dukungan sumber dana dari BRIN.
Dalam proses berjalanannya, penelitian sampai saat ini ada tiga jenis tumbuhan terancam punah yang sudah terdeteksi. Ketiganya yaitu Jeruk Jepara (Limnocitrus littoralis), Angrek Bojonegoro (Dendrobium capra) dan Jahe Liar Lumajang ( Zingiber macrocephalum).
"Saat ini kami mendeteksi tiga jenis tumbuhan terancam punah, Jeruk Jepara (Limnocitrus littoralis), Angrek Bojonegoro (Dendrobium capra) dan Jahe Liar Lumajang ( Zingiber macrocephalum). Ketiganya saat ini masih kita teliti," tandasnya.