jatimnow.com - Wilujeng Esti Utami, Lurah Penataban, Kecamatan Giri, Banyuwangi, lolos dari upaya percobaan pembunuhan dibuang di sungai dengan kedua kaki dan tangannya terikat tali.
Sungai tempat dia dibuang dan hanyut adalah sebuah kanal peninggalan Belanda yang beberapa kali menelan banyak korban jiwa sepanjang sejarahnya. Sungai itu menjadi perbatasan Desa Kebondalem, Kecamatan Bangorejo dan Desa/Kecamatan Tegalsari.
Pada malam saat kejadian, air hampir menyentuh bibir sungai yang memiliki kedalaman 5 meter tersebut. Tak jauh di hilir, atau 100 meter dari titik lokasi korban diselamatkan, ada pintu air besar. Lantas, bagaimana Wilujeng bisa bertahan dengan kedua kaki dan tangannya terikat tali.
Baca juga: Video: Komplotan Rampok Modus Kempes Ban di Tulungagung Ditangkap Polisi
Apalagi korban mengalami luka bocor bekas dihantam palu di kepala belakangnya oleh pelaku.
Pengakuan korban kepada polisi dan warga, tak lama saat diselamatkan, dia berupaya keras agar tubuhnya tidak tenggelam. Selama hanyut Wilujeng mempertahankan posisinya agar tetap muncul di permukaan sungai.
"Ibu itu hanyut dengan posisi tengadah hanya mukanya saja yang terlihat," ungkap Bahrodin Wijaya, warga Dusun Sendangrejo Desa Kebondalem, yang pertama kali menolong korban, kepada Jatimnow.com, Rabu (1/8/2018).
Bahrodin juga tak menyangka jika wanita yang ditolongnya dalam kondisi tangan terikat tali ke belakang. Pria yang juga perangkat desa ini juga merasa heran bagaimana cara korban bertahan agar tidak tenggelam.
"Waktu saya angkat bersama tetangga saya Pak Ponimin, tangan Bu Lurah diikat tali plastik hitam ke belakang," ungkapnya.
Baca juga: Komplotan Rampok Modus Kempes Ban di Tulungagung Ditangkap Polisi
Bahrodin juga sempat melihat korban berupaya untuk mendekati bibir sungai. Korban menggerak-gerakkan kakinya seperti orang berenang gaya kupu-kupu. Itu dilihatnya saat Bahrodin melakukan pencarian sumber suara teriakan minta tolong yang didengarnya.
"Saya yakin kalau Bu Lurah itu punya teknik berenang yang bagus. Waktu saya tolong kakinya sudah tidak terikat," cetusnya.
Terlebih, menurut Bahrodin, saat korban ditolong masih dalam kondisi sadar dan ingatannya masih kuat. Padahal, di kepala belakang korban mengucur darah segar dari dua luka yang dialaminya.
Bahrodin beranggapan, kemampuan korban bertahan di air menjadi salah satu faktor nama Wilujeng tidak masuk dalam daftar orang yang mati tenggelam di sungai seberang rumahnya tersebut.
Baca juga: Wanita asal NTT Begal Taksi Online di Surabaya, Butuh Uang Buat ke Australia
"Kalau tidak punya teknik berenang pasti sudah tenggelam. Saya senang dan bersyukur bisa menolong korban tepat pada waktunya," tutupnya.
Kisah perjuangan Wilujeng bertahan saat hanyut di sungai tersebut mengingatkan latihan keras sebuah pasukan khusus milik Indonesia. Dimana, salah satu latihannya diceburkan ke laut dengan kedua tangan dan kakinya terikat tali.
Reporter: Irul Hamdani
Editor: Arif Ardianto