Yenny Wahid Ajak Semua Pihak Menjaga Toleransi Beragama

Rabu, 27 Agu 2025 09:10 WIB
Reporter :
jatimnow.com
Foto: Peserta simposium moderasi beragama di Malang (Yenny Wahid/jatimnow.com)

jatimnow.com-Pendiri Wahid Foundation, Yenny Wahid mengajak semua pihak untuk menjaga toleransi beragama. Hal ini disampaikan dalam forum Simposium Moderasi Beragama yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Malang Raya. Senin (25/8/2025). Simposium moderasi beragama yang mengangkat tema Harmony in Diversity ini, menjadi ikhtiar untuk memperkuat praktik keberagamaan yang moderat. Tentunya tidak hanya sekadar menjadi ruang diskusi intelektual, tetapi juga momentum strategis untuk mengubah wacana menjadi aksi nyata alam merawat Indonesia yang harmonis.

Dalam kegiatan ini Yenny Wahid, mengungkapkan bahwa titik persamaan atau kalimatun sawa, menjadikan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sebagai dua pilar besar dari Islam moderat yang ada di Indonesia.

“Islam berkemajuan yang digaungkan Muhammadiyah memandang bahwa Islam harus bisa maju seiring perkembangan zaman. Dan Islam Nusantara yang dibawa NU adalah Islam yang membumi, Islam yang menghargai budaya lokal. Kedua organisasi ini sama-sama moderat dan berpijak pada nilai prinsip kemanusiaan dan kebangsaan,” ujarnya.

Baca juga: Usung Tema Cerita Panji, Aliya Murdoko Gelar Pameran Tunggal ke 4

Yenny kemudian menceritakan salah satu kisah tentang toleransi di Indonesia, yakni asal muasal Soto Kerbau di Kudus. Dahulu, di daerah Kudus banyak ditinggali oleh umat beragama Hindu. Bagi umat Hindu, sapi adalah salah satu hewan yang dihormati.

“Sunan Kudus memerintahkan kepada murid-muridnya agar jangan menyembelih sapi sebagai bentuk penghormatan terhadap masyarakat yang beragama Hindu. Nah, karena murid-muridnya tetap ingin makan daging, akhirnya yang disembelih adalah kerbau. Itu adalah bentuk kongkrit penghormatan terhadap keyakinan umat lain,” tuturnya..

Baca juga: Sabet 5 Penghargaan BKN, Khofifah Optimis Jatim Role Model Talenta Nasional

Kisah tersebut adalah contoh semangat Islam Nusantara. Umat Islam tidak menafikan sejarah dan tidak menafikan tradisi. Menurutnya, jika dulu cara dakwah tidak menggunakan seni, mungkin saat ini tidak banyak orang Indonesia yang masuk agama Islam. Karena seni digunakan sebagai medium dakwah, maka orang lain mudah untuk menerima.

\

“Kenapa penting untuk terus mengakar dengan akar budaya kita? Karena dengan dunia global, kalau kita tidak mengakar, kita bisa masuk dan menjadi korban, kita menyerap budaya yang bukan menjadi budaya kita. Kita ikut budaya orang lain karena kita sendiri tidak kuat, kita tidak tau, who we are?,” jelasnya. .

Baca juga: Band Thrash Metal Asal Malang, Dazzle Rilis Single Bertajuk “A Void Within”

Baginya, dengan memahami akar budaya akan memiliki kebanggaan. Sehingga ketika berhadapan dengan siapapun di belahan dunia manapun, tetap tetap bangga menjadi orang Islam Indonesia.

“orang-orang non Muslim itu tidak membaca Al-Qur’an, tidak membaca hadis, dan tidak belajar fiqih. Sehingga yang dibaca oleh orang-orang non Muslim adalah bagaimana tingkah laku kita sebagai umat Muslim,” pungkasnya.

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!
Berita Malang

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler