jatimnow.com - Penelitian karya ilmiah remaja (KIR) umumnya di lakukan di pendidikan level perguruan tinggi atau tingkat mahasiswa. Namun, di SMP Ipiems Surabaya ini, KIR menjadi rutinitas setiap minggunya.
Di sekolah yang berada di Jalan Menur no 125 Surabaya ini, KIR menjadi salah satu ekstrakurikuler atau ekskul terfavorit. Ekskul ini sudah diterapkan sejak tahun 2010. Harapannya, mampu mendidik siswa agar berguna bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Ismukaca, Guru pengampu ekskul penelitian di SMP Ipiems Surabaya mengatakan, ekskul ini menjadi terfavorit dan selalu memberikan wawasan dan pengetahuan baru kepada siswa. Terutama tentang bagaimana membuat aneka makanan/minuman dari bahan alami.
Baca juga: Terminal Gapura Surya Nusantara jadi Pionir Modernisasi Pelabuhan Nasional
"Kegiatan ekskul KIR itu seperti membuat makanan cemilan dan minuman dari bahan alamiah. Selain itu, kegiatan KIR juga sebagai tempat untuk menuangkan ide-ide gila yang dimiliki pelajar," kata Ismukaca kepada jatimnow.com, Selasa (16/10/2018).
Ia mencontohkan, aktivitas siswa terbarunya yakni merubah fungsi kluwek yang biasanya dimanfaatkan sebagai bumbu masakan rawon. Namun, di tangan Alvi Dwi Safitri (15) dan Dea Rizky Octaviana (14), masakan itu dimanfaatkan menjadi pengawet pentol.
"Baru ini kami berhasil menemukan cara pengawet pentol tanpa menggunakan bahan kimia yang berbahaya yakni terbuat dari kluwek. Biasanya kluwek hanya sebagai bumbu, tapi melalui ekskul KIR ini, kita coba menjadikan bahan pengawet," jelasnya.
Baca juga: Pemprov Jatim Raih 2 Penghargaan Top Inovasi Pelayanan Publik di 2024
Sejak dua tahun dibuka, ekskul KIR ini sudah mampu menjuarai karya tulis di tingkat nasional maupun lokal di tiap tahunnya. Seperti tahun 2010, ekskul KIR dengan judul ‘percepatan pembuatan nata demelo dengan menggunakan ekstrak kecambah kacang ijo’ mampu menyabet dua kejuaran yang digelar Kemendikbud.
"Ekskul KIR tahun 2012 juga menjadi juara tiga cara mengukur lemparan bola melalui sinar. Tahun 2014, juara dua teknik terapan se Jatim. Setelah itu, mulai tahun 2015-2018, selalu masuk finalis," paparnya.
Ismukaca yang juga guru Bahasa Jawa itu berharap siswa bisa memanfaatkan dan mempraktekkan ilmu yang didapat dari program ini dalam kehidupan sehari-harinya.
Baca juga: Pelindo IDEA 2024, Dorong Inovasi untuk Efisiensi Operasional
"Kita juga mengajarkan siswa melalui bahan yang tidak bernilai, dengan dikreasinya mereka dapat menghasilkan nilai jual. Selain mampu melakukan penelitian, siswa juga bisa belajar menjadi wirausahawan dengan karya yang memiliki nilai jual," pungkasnya.