jatimnow.com - Di era tahu 1950 hingga 1980-an, Ponorogo sempat menjadi sentra batik tulis. Pada era itu, di sepanjang Jalan Batoro Katong, Kelurahan Kertosari, banyak terdapat home industry batik tulis.
Namun, dari sejumlah home industry yang ada, tersisa hanya 10 home industry batik tulis saja. 10 home industry batik tulis yang tersisa di Ponorogo tersebut tak lagi tersentral, melainkan terpencar di beberapa wilayah.
Salah satu home industry batik tulis yang ada yaitu Batik Lesoeng di Jalan Jaksa Agung, Kelurahan Mangkujayan, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo. Di sini, pemilik sekaligus perajin batik, Kristin Heri Purnawati sengaja membuka pintu lebar-lebar bagi masyarakat yang ingin melihat pembuatan batik Ponorogo secara langsung.
Baca juga: Banyuwangi Batik Festival 2024 Angkat Motif Jenon, Ini Maknanya
Batik tulis yang dikerjakan Kristin memiliki berbagai motif menarik, diantaranya batik bergambar bulu merak, dadak merak, gamelan serta berbagai pertunjukkan reog. “Saya memang sengaja membuat banyak motif. Karena ingin menghidupkan kembali batik tulis khas Ponorogo,” ungkapnya, Minggu (9/12/2018).
Ia menjelaskan, bagi masyarakat yang ingin belajar membatik bisa langsung ke tempatnya. Karena di belakang tokonya, terdpat 5-6 orang yang setiap hari memproduksi batik, mulai dari menggambar pola batik, mencanting hingga pewarnaan.
“Setiap hari boleh kok melihat ke sini. Karena membatik itu memakan waktu yang lama. Tergantung motif yang dibuat,” bebernya.
Baca juga: Anggota DPRD Jatim Ini Usul Batik dari 14 Dapil jadi Seragam
Menurutnya, membuat batik tulis memang harus telaten. Tidak seperti batik cap atau batik sablon, yang hanya memakan waktu dua hari.
Kristin mengaku, awalnya ia membuat motif batik mataraman. Tapi keinginannya menghidupkan kembali batik tulis khas Ponorogo, membuatnya beralih membuat batik bermotif Ponorogo.
“Batik di sepanjang pulau jawa motifnya hampir sama. Mulai dari Yogyakarta, Solo, Pacitan, Ponorogo, Tulungagung higgga Trenggalek motifnya hampir sama semua. Tapi untuk Ponorogo, sekarang saya buat berbeda,” ungkapnya.
Baca juga: Desainer FikyAisha Bakal Tampilkan Batik Tanjung Bumi Bangkalan di JMFW
Sementara, salah satu pembeli mengatakan sengaja mendatangi toko Lesoeng karena ingin melihat langsung proses pembuatan batik di sana. “Saya penasaran ingin melihat langsung pembuatan batik tulis di sini. Karena saya yakin berbeda dengan batik cap yang ada di pasaran,” tambahnya.