Pixel Code jatimnow.com

Tak Terasa, Warga Lamongan ini Jualan Cekikrek Sudah 25 Tahun

Editor : Arif Ardianto   Reporter : Arry Saputra

jatimnow.com - Di era modern saat ini, berbagai aspek kehidupan sudah berubah, termasuk mainan anak-anak yang kian mewabah game online.

Namun, siapa sangka masih ada orang yang melestarikan mainan tradisional seperti Cekikrek (jaran-jaranan).

Lampit (53), pria asal Lamongan ini lah orangnya. Ia berjualan mainan tradisional yang disebutnya dengan nama Cekikrek (jaran-jaranan). Cekikrek adalah mainan yang terbuat dari daun lontar yang dibentuk menyerupai seperti kuda dan memiliki roda.

Lampit mengaku berjualan mainan tradisional ini sudah sekitar 25 tahun. Biasanya, ia naik sepeda onthel keliling Surabaya untuk menjajakan mainan buatannya itu.

"Saya jualan ini sudah sekitar 25 tahun, naik onthel ini keliling seluruh Surabaya jualan mainan, pernah juga jualan sampai ke Jawa Barat. Ke Semarang, Cirebon, Bandung, sama Jogja," kata Lampit ditemui jatimnow.com saat menjajakan mainannya, Senin (26/3/2018).

Lampit mengatakan mainan tersebut ia buat sendiri sebagian dan sebagiannya lagi membelinya dari tetangganya yang ada di desa, setiap 2 minggu sekali Lampit berjualan.

Baca juga:
Siswa SD di Wonosolam Jombang Berpakaian Adat Mainkan Dolanan Tradisional

"Ada yang bikin sendiri, sebagian ada yang kulak dari tetangga saya yang juga buat mainan kayak gini di desa saya Lamongan, jadi setiap 2 minggu sekali saya balik seusai bertani di desa," ujarnya.

Ia mengaku berjualan mainan itu sudah turun temurun dari kakeknya, dan ia ingin melestarikan mainan tradisional tersebut. Meskipun penghasilan yang ia peroleh hanya berkisar antara Rp 50-100 ribu per hari.

"Jualan kayak gini gak pasti dapatnya, lakunya 20-50 buah perhari, 1 mainan dihargai Rp 5 ribu, kadang kalau ada yang nawar tiga Rp 10 ribu, ya saya kasih. Karena biaya yang murah dan dijual dapat hasil yang lumayan, kalau tidak laku tidak khawatir karena tidak bisa busuk," pungkasnya.

Baca juga:
Video: Melihat Pembuatan Mainan Truk Oleng dari Ponorogo

 

Reporter: Arry Saputra

Editor: Arif Ardianto