Pixel Codejatimnow.com

Potret Kemiskinan di Pacitan, Kakek & Nenek ini Tinggal di Gubuk Reyot

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Mita Kusuma
 Muktir dan Sutini usai mengambil air yang berjarak 1 Km dari ruamhnya
Muktir dan Sutini usai mengambil air yang berjarak 1 Km dari ruamhnya

jatimnow.com - Potret kemiskinan tergambar jelas di Pacitan. Pasangan suami istri berusia renta ini harus berjuang ekstra keras hanya untuk sekedar mempertahankan hidup.

Tinggal di gubuk kecil dan reyot, Muktir dan Sutini warga Desa Bolosingo, Kecamatan/Kabupaten Pacitan ini mengerjakan apa saja untuk keperluan makan sehari-hari.

Dengan kondisi tua dan buta, Muktir yang berusia 70 tahun tersebut bekerja serabutan dan harus dibantu oleh istrinya karena faktor pengelihatan.

"Ya begini, untuk mendapatkan air pun harus berjalan jauh," kata Sutini saat ditemui jatimnow.com, Minggu (21/4/2019).

Pasangan yang tidak memiliki keluarga ini harus berjalan sejauh 1 Km hanya untuk mengambil air. Itupun harus berjalan dengan tertatih lantaran memandu suaminya yang buta dengan sebilah bambu.

Baca juga:
Polisi Selidiki Viralnya Video Mesum Sejoli di Hutan Pacitan

"Jika tidak dipegangin gini terkadang jatuh. Maklum Kakek kan sudah buta dari 30 tahun lalu," jelasnya.

Meski harus bersusah payah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, namun Sutini tak mau menerima bantuan orang lain. Menurutnya selama in mampu bekerja, mereka tidak mau mengandalkan orang lain.

Baca juga:
Disdagnaker Pacitan Sebut THR Wajib Dibayar Paling Lambat H-7 Lebaran

"Banyak yang mau bantu. Tapi saya tidak mau. Selama masih bisa bekerja tidak perlu dibantu. Kami masih kuat berdua," jelasnya.

Untuk keperluan makanan sehari-hari, Sutini mengaku mengandalkan dari tanaman singkon yang ada di sekitar rumahnya. Singkong tersebut diolah menjadi tiwul untuk lauk sekaligus nasi.

"Itu makanan favorit kami berdua. Kalau tidak ada beras di rumah ya mengambil singkong kemudian diolah menjadi tiwul," jelasnya.