Pixel Code jatimnow.com

Inovasi SMK di Banyuwangi: Menyiram Lahan Pertanian dengan Smartphone

Editor : Sandhi Nurhartanto   Reporter : Hafiluddin Ahmad
Bupati Anas mencoba alat yang dibuat SMKN 1 Glagah
Bupati Anas mencoba alat yang dibuat SMKN 1 Glagah

jatimnow.com - Riset pelajar SMKN 1 Glagah, Banyuwangi menghasilkan inovasi teknologi di bidang pertanian. Yakni menyiram lahan pertanian atau tanaman cukup dikontrol melalui telepon pintar (smartphone).

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas terlihat bangga kala mengamati inovasi teknologi dari tangan pelajar SMKN 1 Glagah. Pemkab Banyuwangi, rencananya akan menguji coba hasil riset itu, sebelum nantinya diaplikasikan secara luas.

"Luar biasa pengembangan teman-teman pelajar. Saya sudah meminta ke Dinas Pertanian untuk memanfaatkan teknologi mereka. Perlu diuji coba misalnya untuk merawat berbagai komoditas tanaman hortikultura di kawasan Agro Wisata Tamansuruh. Dan bertahap bisa diproduksi dan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tani di Banyuwangi," ujar Bupati Azwar Anas saat bertemu dengan pelajar, Rabu (26/6).

Teknologi tersebut dikembangkan oleh lima pelajar SMKN 1 Glagah dan didampingi Hari Wahyudy selaku guru pembimbing. Terdapat dua alat yang diciptakan, yaitu Sistem Irigasi Otomatis Tenaga Matahari (Singo Tangar) dan Bagaskara.

Singo Tangar digunakan untuk melakukan penyiraman pada tanaman dengan skala kecile atau green house. Adapun Bagaskara diperuntukkan untuk lahan pertanian yang luas.

Anggota kelompok perancang inovasi teknologi, Oka Bayu Pratama mengatakan, ide pembuatan alat tersebut saat dirinya dan teman-temannya melihat halaman rumput di sekolah mereka mengering disaat musim kemarau. Lalu, muncullah ide untuk membuat alat penyiram tanaman yang bertenaga surya.

"Di Indonesia tiap hari sinarnya terik, kenapa tidak kita manfaatkan," ujarnya sambil memperagakan alat tersebut.

Bersama empat rekannya di Jurusan Teknik Komputer Jaringan SMKN 1 Glagah, Oka memulai merancang alat tersebut. Dua bulan lebih, kata dia, menggeluti berbagai instrumen dalam merancang alat inovasi pertanian itu.

"Kami ingin menciptakan alat yang menghemat waktu, tenaga, biaya," ujarnya.

Alat yang dirancang ini menggunakan sinar matahari yang diubah menjadi energi listrik. Listrik yang dihasilkan disimpan ke accu untuk digunakan menghidupkan pompa dan microcontroler yang juga telah dilengkapi sensor pembaca kelembaban tanah.

Baca juga:
Terminal Gapura Surya Nusantara jadi Pionir Modernisasi Pelabuhan Nasional

Menariknya, untuk mengendalikan alat penyiraman ini tidak hanya menggunakan sensor pendeteksi kelembaban. Namun dapat dikontrol menggunakan tombol telepon pintar (smartphone) pengguna.

"Misalnya data kelembaban terdeteksi sekian persen, mesin akan menyiram secara otomatis. Nah, jika kelembaban telah mencapai titik tertentu, misalnya 52 persen, mesin berhenti otomatis. Jadi, selain hemat energi, juga hemat air," papar Oka.

Guru pembimbing Hari Wahyudy menjelaskan, teknologi 'Singo Tangar' telah diaplikasikan di greenhouse milik SMKN 1 Glagah dan mampu memompa air dengan debit 38 liter per menit.

"Jadi kalau misalnya ini dipakai di Taman Blambangan (salah satu ruang terbuka hijau di Banyuwangi), saya kira butuh hanya satu alat ini," kata Hari.

Selain Singo Tangar, ke-lima pelajar SMKN 1 Glagah juga merancang alat penyiram tanaman bertenaga surya dengan kapasitas lebih besar, yakni untuk sawah. Alat itu dinamai 'Bagaskara'.

Baca juga:
Pemprov Jatim Raih 2 Penghargaan Top Inovasi Pelayanan Publik di 2024

"Bagaskara belum dilengkapi sensor, namun kerjanya bisa nonstop, misalnya sejak pukul 07.00 sampai 16.30 Wib, mengikuti luasan lahan pertanian. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan timer yang ada pada sistem maupun kontrol dari gadget," paparnya.

Hari mengaku jika 'Bagaskara' telah diujicobakan di lahan kedelai hitam di bilangan Kecamatan Purwoharjo. Hasilnya, kata Hari, dapat memuaskan petani. Karena mampu menghemat biaya bahan bakar genset untuk pompa air.

"Jika pakai genset, petani keluar biaya Rp 150 ribu per hari. Namun dengan 'Bagaskara' Rp 0 biayanya karena memanfaatkan energi matahari," jelasnya.