Pixel Codejatimnow.com

Antasari Bicara Revisi UU KPK: Saya Sesalkan Sikap Pak Agus Raharjo

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : LKBN Antara
Mantan Ketua KPK, Antasari Azhar (foto: Akun Twitter Antasari Azhar @AntasariAzhar53)
Mantan Ketua KPK, Antasari Azhar (foto: Akun Twitter Antasari Azhar @AntasariAzhar53)

jatimnow.com - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar menyesalkan sikap pimpinan KPK saat ini yang menyerahkan tanggungjawab kepada Presiden Joko Widodo sebagai bentuk tidak setujunya atas revisi Undang-undang (UU) KPK.

"KPK ini sudah berusia 17 tahun, seharusnya sudah dewasa. Saya pribadi sangat menyesalkan sikap Ketua KPK yang sekarang, Pak Agus Rahardjo," kata Antasari di Solo, Jawa tengah, Sabtu (14/9/2019).

Antasari menambahkan, seharusnya Agus dengan pimpinan yang lain berkewajiban tetap menjaga KPK baik secara kelembagaan maupun personel.

"Presiden kan sudah cukup sibuk dengan pekerjaannya, mengurus negara dan pemerintahan. Kenapa harus disibukkan lagi dengan urusan KPK. Padahal KPK ada ketuanya, ada jajaran dan komisioner. Apalagi ini komisioner lepas tangan. Itu saya tidak suka," ungkapnya.

Sementara itu, terkait dengan beberapa poin revisi yang diterima maupun ditolak oleh Presiden Jokowi, ia sepenuhnya setuju.

"Seperti perlu ada SP3 untuk pasien hukum. Kalau Dewan Pengawas iya. Saya menyuarakan perlu Dewan Pengawas. Secara detail panjang ya kenapa perlu," tuturnya.

Baca juga:
KPK Sosialisasi Pencegahan Korupsi kepada Anggota DPRD Ponorogo

Ia menyebut, untuk Dewan Pengawas idealnya sesuai dengan petunjuk presiden, yaitu mereka yang dari akademisi dan tokoh masyarakat, asal jangan penegak hukum yang masih aktif.

"Nanti akan terjadi tabrakan di dalam. Kalau tokoh masyarakat banyak yang jago, seperti Buya Syafi'i Ma'arif. Masih banyak lagi yang lain," paparnya.

Sedangkan mengenai pegawai KPK yang akan di-ASN-kan, menurut Antasari, hal itu sudah sewajarnya dilakukan.

Baca juga:
Tulungagung Terima Hibah dari KPK Senilai Rp6,6 Miliar

"Nanti kalau tidak begitu tidak ada aturannya. Di mana memperlemahnya. Kewenangan tidak ada yang dipreteli kok," tambahnya.

Mengenai poin lain, yaitu penyadapan, tidak perlu izin dari lembaga eksternal, tetapi perlu izin dari Dewan Pengawas, Antasari mengaku setuju.

"Karena penyadapan di era saya mungkin sama, tetapi saya tidak tahu. Penyadapan ini kan untuk menambah keyakinan alat bukti. Makanya surat perintah penyadapan dikeluarkan setelah ada surat perintah penyelidikan. Sebelum ada surat perintah penyelidikan, penyadapan ini tidak sah. Apakah sekarang seperti itu saya tidak tahu. Makanya memang harus ada pengawasan," tandasnya.