Pixel Codejatimnow.com

Tampil di Pematang Sawah, Tarian Gandrung Makin Memukau

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Hafiluddin Ahmad
Para Penari Gandrung menari di pematang sawah Banyuwangi
Para Penari Gandrung menari di pematang sawah Banyuwangi

jatimnow.com - Ada yang berbeda di areal persawahan Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Senin (23/9/2019). Sebanyak 50 Penari Gandrung menari di pematang sawah diiringi alunan musik khas tarian tersebut.

Penampilan 50 penari itu menambah keeksotisan tarian khas Bumi Blambangan. Suara alunan musik yang mengiringi para penari berpadu dengan suasana persawahan.

Para turis dan pengunjung Waroeng Kemarang siang itu dibuat kagum. Karena, meski melenggak-lenggok di tempat yang terbilang sempit, 50 penari itu tampil lincah dan sempurna.

"Ini sebetulnya upaya 'nguri-nguri' (melestarikan) kesenian tradisional kami di Waroeng Kemarang, sebagai distinasi Wisata Kuliner Lokal Banyuwangi," kata Wowok Merianto, owner Waroeng Kemarang.

"Komitmen awal kami, memang melestarikan kesenian daerah yang hidup subur di daerah ini. Meski demikian, perlu ada inovasi agar panampilan kesenian itu tidak monoton," tambahnya.

Ide untuk menampilkan Tari Jejer Gandrung di pematang sawah ini, kata dia, memerlukan persiapan dan kerjasama. Guru Tari dari sejumlah sekolah dilibatkan, sehingga dalam pelaksanaannya tidak ada kesulitan dan bisa dibilang mampu memukau penonton.

Menurut Wowok, tarian ini dulunya dijadikan ajang untuk penyambutan tamu. Namun kini, tarian ini menjadi sangat populer dan banyak dipelajari di sekolah.

Para Penari Gandrung menari di pematang sawah BanyuwangiPara Penari Gandrung menari di pematang sawah Banyuwangi

"Tari ini sangat populer dan banyak dihafal oleh anak-anak sekolah. Tidak heran, dalam waktu singkat mereka segera menyesuaikan diri dan bisa tampil maksimal," ujar Wowok.

Baca juga:
KKP Gelontor Dana Rp22 Miliar Bangun Kampung Nelayan Modern di Banyuwangi

Wowok menambahkan, Tari Gandrung ini merupakan kesenian agraris. Sebelum melakukan tarian ini, ada sebuah ritual yang harus dilakukan, yaitu Ritual Seblang untuk memuja atau menghormati Dewi Sri sebagai dewi kesuburan.

"Saya sudah konsultasi dengan Budayawan Banyuwangi Hasnan Singodimayan, bahwa tempat kesenian Gandrung ini sebetulnya di sawah, bukan di pantai. Kreativitas Gandrung Tengah Sawah ini, agar semakin menarik bagi turis nasional maupun internasional," paparnya.

"Juga untuk menyatukan Gandrung dengan alam dan udara segar, kebetulan sawah masih terbentang di lokasi Waroeng Kamarang. Bahkan saat pementasan berlangsung, aktivitas petani mencabuti gulma (matun) tetap kita biarkan," tutur dia.

Bahkan, saat pementasan Gandrung Tengah Sawah disiarkan secara langsung melalui Facebook, banyak komentar positif. Para netizen, masih kata Wowok, banyak yang menyanjung dengan kata-kata hebat, keren, mantul (mantap betul) dan lain sebagainya.

Baca juga:
International Tour de Banyuwangi Ijen Digelar Kembali, Catat Tanggalnya!

Sementara itu di sekitar lokasi, tidak sedikit masyarakat setempat maupun yang tengah lewat, mampir untuk menyaksikan acara ini.

Diaspora Banyuwangi yang tinggal di luar daerah, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar serta kota-kota lain, kemarin juga terlihat menikmati penampilan Gandrung Tengah Sawah.

"Tim kami di Waroeng Kemarang, terus berupaya menyajikan pementasan terbaik. Posisi Warung ini ada di tengah sawah dan dekat dengan para petani, maka konsep ke depan yang dikembangkan tidak akan jauh dari pontesi yang ada," ungkap Wowok.

"Terus terang, saya salut dengan kreasi baru pentas Gandrung di tengah sawah. Kita bisa leluasa melihat gemulai tarian Gandrung, sambil menikmati desiran angin persawahan. Salut juga kepada penata tarinya, karena penari Gandrung di tengah terik matahari dilengkapi dengan manset yang sesuai dengan warna kulitnya. Selain untuk melindungi penari dari terik matahari, juga tidak menimbulkan interprestasi baru jika 'mainset'-nya berwarna," tambah Pelukis Senior Banyuwangi, S Yadi K yang saat itu menonton bersama keluarganya.