Pixel Codejatimnow.com

Perjuangan Ganda Melawan Leukemia Selama 7 Tahun

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Achmad Supriyadi
Dwi Ganda Putra bersama ayahnya, Soleh Cahyono di rumahnya Dusun Modopuro, Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto
Dwi Ganda Putra bersama ayahnya, Soleh Cahyono di rumahnya Dusun Modopuro, Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto

jatimnow.com - Seorang remaja bernama Dwi Ganda Putra (14), warga Dusun/Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto menderita penyakit leukemia atau kanker darah.

Putra kedua pasangan Soleh Cahyono (55) dan Ribut Setiowati (44) itu divonis mengidap leukemia sejak berumur 7 tahun atau kelas 1 sekolah dasar.

"Awalnya panas lalu diperiksa ke dokter panas biasa. Lalu kemudian dibawa ke RSUD Prof dr Soekandar sempat operasi kepala katanya ada tumor di kepala. Setelah anaknya sembuh dibawa ke RSU dr Soetomo Surabaya, di sana anak saya divonis sakit leukemia," terang Setiowati saat ditemui di rumahnya, Rabu (11/3/2020).

Saat ini, Ganda sudah menjalani beberapa kali kemoterapi sejak Tahun 2013 hingga 2020. Biaya kemoterapi dan obat yang harus dikonsumsi memang sudah ditanggung Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Dwi Ganda Putra bersama ibunya, Ribut SetiowatiDwi Ganda Putra bersama ibunya, Ribut Setiowati

Namun ayah Ganda yang hanya pekerja serabutan dan ibunya bekerja sebagai buruh cuci masih harus membeli obat yang tidak tercover KIS.

Baca juga:
Video: Kisah Pelajar SMP Berjuang Melawan Leukemia

"Kemoterapi gratis, kita dapat KIS dari pemerintah. Hanya saja kadang kita harus beli obat tertentu," jelasnya.

Saat ini Ganda harus menjalani perawatan ketat di rumah dan terpaksa tidak bersekolah. Seharusnya ia tercatat duduk di bangku kelas VII SMPN 2 Mojosari.

"Kami sudah minta izin ke sekolah agar anak kami menjalani pengobatan secara full. Kata dokter baru boleh dikhitan setelah tidak mengonsumsi obat selama 5 tahun. Namun baru 4 tahun tidak minum obat sekarang sudah minum obat lagi," tuturnya.

Sementar Soleh sang ayah mengaku tidak menyerah untuk membiayai pengobatan anaknya meskipun ia hanya pekerja serabutan dengan penghasilan tidak menentu.

"Dengan niat bismillah dan uang yang kami punya, anak kami bisa menjalani pengobatan sampai sekarang," tandas Soleh.