Pixel Code jatimnow.com

Dalam Situasi Covid-19 Dibutuhkan Kepemimpinan yang Saling Menguatkan

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Budi Sugiharto
Kemesraan Gubernur Khofifah dan Wali Kota Risma dalam Megengan Kubro di Masjid Al Akbar Surabaya, 3 Mei 2019
Kemesraan Gubernur Khofifah dan Wali Kota Risma dalam Megengan Kubro di Masjid Al Akbar Surabaya, 3 Mei 2019

jatimnow.com - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini disarankan untuk bersatu menangani penyebaran Virus Corona (Covid-19). Karena dalam situasi seperti sekarang, dibutuhkan kepemimpinan yang saling menguatkan.

Pengamat Politik dari Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam mengatakan bahwa memang tidak ada yang siap menghadapi pendemi Covid-19 ini. Sebab menurutnya tidak ada antisipasi dan respon yang cukup.

"Sehingga hampir dalam semua sektor kita gagap dan kaget. Akhirnya paling mudah ya saling lempar tanggungjawab dan menyalahkan," ujar Surokim, Senin (11/5/2020).

Menurutnya, 'saling menyalahkan' tidak akan membawa efek positif, malah akan memperparah situasi sebenarnya.

"Karena dalam situasi darurat seperti ini, sangat membutuhkan kepemimpinan yang saling menguatkan," katanya.

"Jadi kepemimpinan yang responsif, strict dan nurturant parent akan memunculkan kepemimpinan kuat dalam pendemi ini," tambah dia.

Pengamat Politik dari Surabaya Survey Center (SSC) Surokim AbdussalamPengamat Politik dari Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam

Surokim yang juga pengajar di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ini menambahkan, seharusnya kepemimpinan perempuan dalam situasi saat ini lebih diuntungkan.

Baca juga:
Muncul Lagi Subvarian Omicron Baru BA.2.75

"Seharusnya lebih unggul karena bisa menumbuhkan kepercayaan dan harapan. Dan ini menjadi momentum yang pas bagi mereka untuk membuktikan diri menjadi istimewa di mata publik," jelasnya.

"Jika mereka saling menegasikan begitu, malah tidak akan jadi istimewa dan keduanya akan mendapat respons negatif karena tidak empatik dan tidak saling menguatkan. Padahal momentum ini, kepemimpinan perempuan sangat pas jika bisa dijalankan dengan baik," tambah Surokim.

Masih kata Surokim, pemimpin perempuan lebih memiliki kepekaan sosial dan empatik. Dan jika itu tertutup oleh gaduh konflik, maka tidak lagi jadi istimewa.

"Saya berharap kedua pemimpin perempuan ini reflektif. Ini saatnya mereka menjadi istimewa, jangan saling menegasikan," tegasnya.

Baca juga:
Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Naik Hingga 620 Persen

"Lihatlah beberapa perdana menteri di luar negeri yang perempuan, mereka justru impresif. Ada Perdana Menteri Taiwan, Perdana Menteri Selandia Baru, Perdana Menteri Norwegia, Wali Kota Chicago," sambung Surokim.

Ia melanjutkan, para tokoh-tokoh pemimpin dunia itu jauh lebih unggul dan bisa menunjukkan kapasitas kepemimpinan feminimnya di masa pendemi.

"Sekali lagi jangan rebutan balung (jangan berebut barang yang tidak bermanfaat). Kembalilah kepada kepemimpinan strict and nurturant, bisa tegas dan cepat, mampu memberi dan menebar harapan dan mampu menguatkan serta empatik," katanya.