Pixel Codejatimnow.com

Penderita Demam Berdarah di Ponorogo Meningkat

 Reporter : Erwin Yohanes Mita Kusuma
dr Yayuk Dwi Wahyuni/Foto: Mita Kusuma
dr Yayuk Dwi Wahyuni/Foto: Mita Kusuma

jatimnow.com - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) mulai mengancam Kabupaten Ponorogo. Memasuki bulan lima di tahun 2018 setidaknya sudah ada 187 orang yang menderita DBD.

Angka tersebut dikatakan kritis, karena tahun 2017 lalu dalam setahun hanya 291 penderita dengan 2 korban meninggal dunia.

"Ini sudah memasuki masa kritis. Baru memasuki bulan 5 angkanya sudah 187 penderita. Sudah setengah lebih dari tahun lalu," katanya Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, dr Yayuk Dwi Wahyuni, Jumat (11/5/2018).

Yayuk mengatakan, 2018 juga menjadi siklus tiga tahunan. Seperti diketahui, tahun 2016 lalu ada 891 penderita DBD dengan korbannya mencapai 10 orang.

"Jadi kalau 2016 bisa disebut KLB. Semua warga berusaha keras untuk membasminya. Maklum saja jika 2017 turun," katanya.

Di tahun 2018, lanjut ia, masyarakat mulai lengah kembali. Karena menunjukan trend kenaikan dari tahun sebelumnya.

Ia berharap, warga tidak lengah. Sehingga tetap menerapkan hidup sehat agar tidak terjangkit penyakit DBD.

Baca juga:
Begini Nasib Pelaku Curanmor di Ponorogo usai Kepergok Warga

Usaha lain, ia mengklaim sudah dilakukan oleh Dinkes. Termasuk melakukan fooging kepada lokasi yang rawan.

Yayuk menyebut persoalan DB sebenarnya dapat segera dicegah. Ia mengurai kesadaran warga untuk membersihkan lingkungan menjadi kuncinya.

Oleh karenanya, dia mewanti-wanti agar warga berperan aktif dalam membasmi nyamuk aedes aegypti. "Jangan sampai kalau sudah kena baru dibersihkan ya,’’ tambahnya.

Baca juga:
Polisi Buru Pelaku Begal Payudara di Ponorogo, Ini Ciri-cirinya

Pihaknya berharap dengan adanya fogging tersebut, warga semakin sadar terhadap kebersihan lingkungan. Mencegahnya, lanjut dia, dengan jalan memberantas jentik-jentik nyamuk.

‘’Telur nyamuk, jentik itu malah lebih beroptensi sebagai penyebab penyakit DB,’’ pungkasnya.

Reporter: Mita Kusuma
Editor: Erwin Yohanes