jatimnow.com - Berbeda dengan Pilkada 2015 yang diikuti empat pasangan calon (paslon) kepala daerah, kini Pilkada Ponorogo hanya diikuti dua paslon.
Ibarat pertandingan sepak bola, Pilkada Ponorogo yang akan digelar pada 9 Desember 2020 itu berjuluk 'El Clasico', sebuah istilah yang disebut-sebut sebagai pertandingan sepak bola yang mempertemukan dua tim terbaik di Spanyol, bahkan di dunia.
El Clasico juga disebut sebagai pertandingan 'The Classic' yang berkaitan dengan sejarah rivalitas antar kedua tim yang sudah lama berlangsung.
Pilkada Ponorogo yang akan berlangsung secara head to head itu dapat disebut sebagai persaingan El Clasico atau The Classic yang kembalimempertemukan dua kandidat calon kepala daerah terbaik yang pernah bersaing di Pilkada Ponorogo 2020, yakni Ipong Muchlissoni dan Sugiri Sancoko.
Gaung El Clasico di Pilkada Ponorogo berhembus sangat kencang dengan intensitas yang tinggi sejak KPU menetapkan keduanya sebagai paslon Kepala Daerah Ponorogo 2020.
Ada beberapa hal menarik yang belum banyak diketahuiseputar persaingan El Clasico antara Ipong dengan Sugiri di masa lalu.
Ipong dan Sugiri bertemu pertama kalinya pada Pilkada 2015. Pilkada yang diikuti oleh empat kontestan itu berhasil dimenangkan oleh Ipong yang berpasangan dengan Sujarno dengan raihan 219.916 suara (39,35%), sedangkan Sugiri-Sukirno meraih 205.670 suara (36,80%).
Dua kandidat lainnya, Amin-Agus Widodo meraih 123.846 suara (22,16%) dan Misranto-Isnen Supriyono meraih 9.426 suara (1,69%).
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah pertemuan El Clasicokedua paslon itu kembali akan dimenangkan oleh Ipong Muchlissoni yang kini berpasangan dengan Bambang Tri Wahono?
Mari kita lihat analisis di bawah ini.
Ada sejumlah faktor yang dapat dijadikan sebagai standard umum untuk melihat potensi masing-masing kandidat, antara lain: (i) ketokohan; (ii) bukti dan obsesi ke depan; (iii) kekuatan riil politik; dan (iv) konsolidasi dukungan.
Secara ketokohan, publik Ponorogo sudah tidak asing dengan nama Ipong Muchlissoni. Bupati Ponorogo periode 2015-2020 itu dikenal luas di kalangan masyarakat Ponorogo.
Sosoknya yang tegas, disiplin, dan berani bersikap adalah modal ketokohannya sebagai seorang pemimpin. Selama menjadi Bupati, cucu dari tokoh NU Ponorogo (Subandi) itu sudah banyak memberikan bukti dengan capaian pembangunan yang konkret.
Sedangkan rivalnya, Sugiri belum teruji ketokohannya. Bahkan, selama menjadi anggota DPRD Jatim sosok yang juga dikenal sebagai pengusaha itu tidak banyak memberikan konstribuasi terhadap masyarakat dan pembangunan Ponorogo.
Dalam kurun 2015-2019, pembangunan Ponorogo di bawah kepemimpinan Ipong mengalami peningkatan di atas 5%.Kemiskinan mengalami penurunan, dari ll,9l % (2015) menjadi 9,64% (20l9); Pengangguran terbuka juga berkurang dari 3,68% (2015) menjadi 3,58% (20l9).
Sektor pendidikan dan kesehatan berhasil mengangkat angka lPM, dari 68,15 % (2015) menjadi70,55% (2019).Di bidang pertanian, Nilai Tukar Petani dari 104,75% (2015) menjadi 115,39 % (2019).Di bidang tanaman perkebunanpeningkatan produksinya 100%.
Sedangkan pada produksi peternakan, peningkatannya mencapai 300%. Di bidang infrastruktur jalan, peningkatannya mencapai 82 % untuk kategori jalan dengan keadaan baik, rusak dan rusak berat.
Tren positif juga terjadi pada lndikator Kinerja Daerah (IKD) yang mengalami peningkatan signifikan dari 55,52% (2015) menjadi 70,97% (2019) dengan predikat B plus.
Baca juga:
Serahkan Diri, Terpidana Kampanye Hitam Pilkada Ponorogo Ditahan di Rutan
Kinerja yang terus membaik itu menjadikan Ponorogo meraih WTP dari tahun 2015 hingga 2019.
Kemudian, obsesinya di masa depan, akan terus meningkatkan capaian pembangunan dengan prinsip kebersamaan, guyubrukun dan kerja keras dengan menjadikan masyarakat danstakeholdersebagai subyek pembangunan.
Capaian atas kerja riilnya di atas adalah bukti konkret bahwa selama menjadi bupati Ponorogo, Pak Ipong telah mempersembahkan yang terbaik untuk memajukan daerah dan mensejahterakan masyarakat Ponorogo.
Sementara pesaingnya belum memberikan bukti apa-apa, bahkan masih berkutat pada tataran konsep yang semu yang belum tentu dapat direalisasikan.
Selain itu, dari sisi kekuatan riil politik - Ipong memiliki basis dukungan riil 6 partai di parlemen (NasDem, PKB, Demokrat, Gerindra, Golkar, PKS) dengan kekuatan 36 kursi (80%).
Basis dukungan politik Ipong juga berasal dari kekuatan kultural masyarakat yang berbasis ormas, pesantren, perguruan pencak silat, kelompok-kelompok kesenian, petani dan sebagainya yang sudah memaklumatkan kembali mendukung Ipong.
Seluruh potensi itu sudah terkonsolidasi dengan baik menyongsong hari-H pencoblosan pada 9 Desember mendatang.
Sedangkan Sugiri hanya didukung oleh 4 partai di parlemen (PDIP, PAN, PPP, dan Hanura) dengan kekuatan 9 kursi (20%).
Baca juga:
Unggul Quick Count, Pendukung di Ngawi dan Ponorogo Cukur Gundul
Sebuah potret yang tidak berimbang dalam sebuah kontestasi. Di akar rumput pun, Sugiri juga dihadapkan dengan sejumlah kendala yang secara emosional tak ada benang merahnya. Dengan begitu maka konsolidasi tim pemenangannya kurang berjalan dengan baik.
Analisis di atas menggambarkan bahwa Ipong Muchlissoni yang berpasangan dengan Bambang Tri Wahono diasumsikan akan kembali memimpin Ponorogo untuk periode lima tahun mendatang.
Dengan kata lain, pertarungan El Classico di Pilkada Ponorogo 2020 - Ipong Muchlissoni akan menggantikan Ipong Muchlissoni (Bupatine panggah Ipong).
Noddy Yeans Gaspers
Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai NasDem Jawa Timur
*jatimnow.com tidak bertanggung jawab atas isi opini. Opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis yang seperti diatur dalam UU ITE
URL : https://jatimnow.com/baca-31344-akankah-ipong-muchlissoni-duduki-kursinya-lagi