Pixel Codejatimnow.com

5 Mahasiswa Unusa Ciptakan Modul Deradikalisasi untuk Siswa SMP

Lima Mahasiswa FK Unusa pembuat modul deradikalisasi berfoto bersama kampung anak negeri Surabaya./Foto: Fahrizal Tito.
Lima Mahasiswa FK Unusa pembuat modul deradikalisasi berfoto bersama kampung anak negeri Surabaya./Foto: Fahrizal Tito.

jatimnow.com - Lima Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Nahdlatul Ulama Surabaya (FK Unusa) mendapatkan biaya Program Kreativitas Mahasiswa Masyarakat (PKMM) dari Kemenristekdikti atas modul deradikalisasi yang diterapkan untuk anak SMP dengan pendekatan yang humanis dan persuasif.

Koordinator pembuat modul deradikalisasi, Diaz Syafrie mengatakan dalam modul deradikalisasi yang dibuatnya itu berprinsip dan menyelipkan peribahasa 'lebih baik mulai menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan'.

Menurutnya, di saat banyak pihak sibuk menyalahkan siapa yang paling bertanggung jawab untuk aksi-aksi terorisme di Nusantara, lima mahasiswa kedokteran ini memilih menyibukkan diri untuk menggagas modul deradikalisasi.

“Mengapa dipilih anak SMP? Setidaknya ada dua alasan. SMP itu usia tanggung dan usia kritis karena saat itu anak lebih menurut kepada orang lain ketimbang orang tuanya sendiri. Jadi, kalau yang di dekatnya itu orang baik, kalau tidak? Bisa-bisa mereka ketularan radikal,” tutur Diaz, Rabu (6/6/2018).

Mahasiswa asli Lamongan ini mengatakan modulnya itu dimulai dan dilaksanakan di UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya.

“Di usia ini hormon remaja mulai meningkat, sehingga mereka punya kelebihan energi. Kalau tidak disalurkan kepada hal-hal yang positif, maka berpotensi menjadi negatif, termasuk radikalisme bahkan aksi teror,” kata Diaz.

Koordinator lapangan PKMM, Hafizh A. Sodali menambahkan, modul deradikalisasi ini memiliki tiga aspek, yakni kreativitas, nasionalisme, dan spiritualisme. Terpenting dalam penyuluhan adalah mengasah empati anak-anak.

“Empati semacam perekat untuk tiga aspek tadi. Deradikalisasi hanya bisa ditangkal jika empati seseorang sudah terasah sejak muda. Sedangkan tiga aspek itu adalah sarana menyalurkan kelebihan energi anak-anak,” ungkap alumni SMAN Yosowilangun Lumajang ini.

Menurut dosen pembimbing PKMM Dr. dr. Handayani. M.Kes, m, modul deradikalisasi ini merupakan jawaban dari kegelisahan bangsa selama ini. Mind set utama warga Nahdliyin adalah rahmatan lil ‘alamiin, sehingga berlarut-larut mencari siapa yang salah justru membuat situasi makin rumit.

Baca juga:
Pria di Kota Malang Masuk Kos Mahasiswa lalu Curi Laptop

“Dengan semangat itu pula, kami tidak ingin melawan kekerasan dengan kekerasan. Maka modul ini harus sepersuasif dan sehumanis mungkin,” kata Dekan FK Unusa ini.

Dikatakan Handayani, lolos PKMM hanyalah langkah awal. Dirinya salut karena mereka mengajukan penelitian lebih lanjut.

Ia ingin karya lima mahasiswa ini punya sumbangsih besar bagi bangsa. Apalagi deteksi radikalisme yang disusun para mahasiswa ini, jika dikembangkan sangat besar manfaatnya.

Kelima mahasisa itu masing-masing Akbar Reza, Hafizh A. Sodali, Dian Dakwatul, Diaz Syafrie dan Athya Ulya. Modul ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM).

Baca juga:
Aliansi Fajar Timur di Kota Malang Serukan 3 Poin untuk Pemilu Damai 2024

Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, mengapresiasi keberhasilan mahasiswa Fakultas Kedokteran Unusa, ia berpesan esensi terpenting yang diperoleh mahasiswa dalam ajang ini adalah proses akademik.

Mahasiswa diharapkan memperoleh karakter dan soft skill yang bisa dipetik dari proses itu.

"Selamat kepada 5 mahasiswa FK Unusa lolos PKMM dikti 2018 atas modul deradikalisasi yang dibingkai dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM). Yang paling penting untuk mahasiswa sebenarnya adalah pengalaman berproses akademik," pungkasnya.

Reporter: Fahrizal Tito
Editor: Erwin Yohanes