jatimnow.com - Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) menuntaskan misi Madura Sadar Covid-19 (Marco-19). Misi yang melibatkan dokter baru lulusan Fakultas Kedokteran (FK) Unair itu dilakukan sejak 4 September hingga 4 Oktober 2021.
Dalam misi tersebut, para dokter baru yang tergabung dalam tim Sukarelawan RSTKA tak hanya menargetkan percepatan vaksinasi, tapi juga melakukan edukasi seputar Covid-19.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Prof Dr dr Budi Santoso mengatakan, para sukarelawan yang mengikuti misi Marco-19 ini merupakan dokter muda yang telah dilantik sambil menunggu proses internship.
"Dalam misi ini berbagai macam kegiatan dilakukan sesuai dengan Tri Dharma Pendidikan. Salah satunya mahasiswa melakukan edukasi Covid-19. Juga melakukan pelayanan untuk pemerataan cakupan vaksin," jelas Prof Budi, Rabu (13/9/2021).
Setelah misi ini, Prof Budi menyebut bahwa RSTKA akan terus melanjutkan misinya. Contohnya, pelayanan kesehatan di pulau-pulau terkecil di Indonesia Timur.
"Bagi mereka yang mau bergabung, RSTKA akan melakukan rekrutmen untuk setiap misinya," tandasnya.
Sementara Direktur RSTKA, dr Agus Harianto menceritakan, misi Marco-19 merupakan tindak lanjut dari hasil literatur yang dia lakukan bersama para dokter baru. Dalam literatur tersebut berfokus pada hoaks Covid-19 dan solusinya.
"Bermula setelah ada seminar yang dilakukan mahasiswa, di mana fokusnya hoaks Covid-19, tapi ini bersifat literatur. Kemudian mereka kami tantang untuk mencari solusi terkait hoaks ini," tambahnya.
Terbukti, selama pelaksanaan di lapangan, tim sukarelawan menemukan beberapa persoalan yakni mayoritas masyarakat kepulauan masih percaya berita hoaks terkait Covid-19 dan vaksin.
Selain itu kurangnya tenaga kesehatan untuk vaksinasi di kepulauan khususnya tenaga dokter, sosialisasi vaksinasi covid belum dilakukan secara merata di kepulauan.
Baca juga:
Gubernur Khofifah Lepas RS Terapung Ksatria Airlangga ke Kepulauan Madura
"Temuan lainnya juga terkait akses yang menjadi salah satu kendala kegiatan vaksinasi di kepulauan, sehingga kurang optimal. Masyarakat harus menyeberang pulau untuk bisa menikmati layanan kesehatan," paparnya.
Dalam satu bulan misi itu, ada 11 pulau yang disasar. Dari jumlah itu, dua hingga tiga pulau membutuhkan pelayanan vaksinasi namun masih belum terjamah.
Sebab RSTKA menghadapi persoalan anggaran dan penolakan dari masyarakat terkait vaksinasi Covid-19. Namun, ada teman LSM seperti di Pulau Gili Raja yang siap membantu meyakinkan masyarakat untuk mau divaksinasi.
"Sumenep di awal peringkat vaksinasi paling bawah. Pada 17 September cakupan di Sumenep di peringkat 38. Kemudian per 5 Oktober cakupannya mencapai 19,77 persen atau diperingkat 36," jelas dia.
Dijabarkan dr Agus, misi ini juga bertujuan dalam melakukan penelitian terhadap kultur masyarakat di Kepulauan Madura. Dia mengatakan jika hasil riset ini bisa diterapkan di daerah Sampang, Bangkalan dan Pamekasan yang masih rendah kesadaran untuk vaksinasi Covid-19.
"Guna menanggulangi hal tersebut perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak untuk percepatan vaksin," papar dia.
Koordinator Penelitian-Persuasi Marco-19 RSTKA, dr Sherly Yolanda menambahkan, dalam mengedukasi masyakarakat soal vaksin Covid-19 ada banyak tantangan yang dialami. Apalagi munculnya berita hoaks yang diterima masyarakat cukup bervariasi.
"Karena tidak semua pakai smartphone. Jadi ketika si A punya smartphone dan mendapatkan berita hoaks ini akan disebarkan ke orang-orang terdekat," urainya.
Juga faktor orang perantau yang datang dari Bali, Jakarta, Malaysia yang berkunjung ke kampung halaman dan memberitakan informasi yang tidak benar.
"Disinggung soal sumber berita mereka juga tidak mengetahuinya. Karenanya, dalam mempersuasi masyarakat bukan hal yang mudah di daerah kepulauan di Kabupaten Sumenep ini," pungkasnya.