Pixel Codejatimnow.com

Presiden Salat Jumat di Masjid Al Akbar, Begini Khotbah Sang Khatib

Presiden Jokowi saat salat Jumat di Masjid Al Akbar Surabaya. /Foto:
Presiden Jokowi saat salat Jumat di Masjid Al Akbar Surabaya. /Foto:

jatimnow.com - Usai meluncurkan peraturan baru terkait penurunan pajak penghasilan bagi UMKM di Jatim Expo International Surabaya, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo melaksanakan ibadah salat Jumat di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, siang tadi (22/6/2018).

Salat Jumat tersebut dipimpin oleh imam besar Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Abdul Hamid. Sementara khotbah Jumat disampaikan oleh Guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya, M Ali Agus.

Dalam khotbahnya ia menyampaikan, untuk menjadi pewangi bumi, sebagai manusia tidak hanya baik kepada manusia tetapi juga pada lingkungan. 1 dari 10 orang di bumi kesulitan mengakses air.

"Rasulullah pernah berpesan, jangan memetik bunga jika belum mekar. Sebab, belum mekar berarti belum sempat memberikan kebahagiaan untuk orang lain. Jangan pula mengambil buah yang belum masak. Itu aturan kepada alam semesta, tanaman, hewan, apalagi aturan kepada manusia," ujarnya.

Ali juga menceritakan bagaimana umat non muslim di Inggris menunjukkan rasa kasih sayangnya ketika Indonesia sedang terkena bencana Tsunami 2004 silam.

"Kita mungkin sebagian kita tidak tahu ada ayat yang ternyata dikutip oleh orang-orang non muslim di Inggris tersebut. Mereka mencari dana dengan mengutip surat Al Maidah 32. Siapa yang membunuh orang, mengakhiri orang tanpa proses hukum yang jelas maka seperti mengakhiri kehidupan seluruh dunia ini. Maka siapa yg menyelamatkan hidup manusia maka menyelamatkan kehidupan seluruh dunia ini," lanjutnya.

Baca juga:
Jokowi Tinjau Alutsista di Pangkalan TNI AU Iswahjudi, Ini Penjelasan KSAU

Lebaran harus menjadikan kita manusia baru. Menjadi suami yang lebih membahagiakan istri. Ayah yang membahagiakan anak. Kita harus berubah. Menjadi pemimpin yag lebih baik. Menjadi wakil rakyat, anggota masyarakat yang lebih baik.

"Hadirin jika kita tidak berubah lalu untuk apa sebulan kita berlapar-lapar di siang hari lalu beratus-ratus rakaat salat kalau tidak melahirkan perubahan. Itu berarti pemborosan waktu dan tenaga," imbuhnya.

Jika ingin berubah menjadi emas, semua orang akan mencari. Kalah jadi bunga tidak usah undang, kumbang akan datang. Jika jadi gula, semut dikejauhan pun akan mengerumuni. Jika anak-anak bangsa berprestasi semua negara akan berinvestasi. Kita bisa melompat mengejar ketertinggalan dan bersaing dengan bangsa lain.

Baca juga:
Presiden Jokowi Cek Pesawat Tempur F16 di Madiun, Antarkan Bantuan ke Gaza

"Lebaran telah tiba. Yang sudah ya sudah. Saatnya kita hidup lebih dewasa. Kita memulai hidup baru. Ujaran kebencian ganti kesejukan. Hubungan retak kita jadikan rekat. Kita gelorakan semangat kerja kerja kerja. Sebab itu ibadah. Modal utama bagi umat manusia dan kemajuan bangsa," tutupnya.

Reporter: Arry Saputra
Editor: Erwin Yohanes