Ponorogo - Luluk Fuadah (22), Rizki Putri Asyari (22) dan Vera Febriyana (21), tiga mahasiswa IAIN Ponorogo berhasil menyabet juara pertama Olimpiade Agama, Sains, dan Riset (OASE) di Aceh.
Adalah Julid yang membawa mereka menyabet juara. Julid singkatan dari jenang kulit durian. "Bahan dasarnya kulit durian dan tulang ikan lele," tutur ketua kelompok, Luluk, Senin (13/12/2021).
Dia menjelaskan bahwa oleh-oleh khas Ponorogo adalah jenang. Tetapi di dalam jenang kandungan kalsiumnya hanya 0,37 persen.
"Jadi terbilang rendah. Kalau Julid ini ada tambahan kalsium tinggi tapi tidak mengubah rasa khas jenang," katanya.
Menurutnya, ide ini berawal dari melihat banyaknya limbah tulang lele dan kulit durian. Dari situ mereka berusaha mencari formula untuk pengolahan jenang.
"Dari tulang lele itu kalsiumnya lumayan tinggi. Dan mineral paling tinggi yang dibutuhkan tubuh adalah kalsium," paparnya.
Dia mengklaim dengan ditambah tulang ikan lele, kandungan kalsium di dalam jenang sebanyak 1,91 persen.
Bicara perihal proses pengolahan, Luluk menjelaskan awalnya pengambilan kulit durian. Bagian albedo atau bagian dalam kulit durian berwarna putih dibersihkan kemudian dikeringkan dengan oven selama satu jam. Lalu dihaluskan dengan cara diselep.
"Tulang ikan lele didapat dari lele mentah sebanyak lima ekor. Tulang ikan dicuci, dikukus, dioven dan diblender, " jelasnya.
Baca juga:
BSI Siapkan Anggaran Rp10 Miliar untuk Beasiswa Mahasiswa Jatim
Pun ada bahan tambahan. Seperti tepung ketan, gula merah, santan, gula pasir dan garam.
"Ya rasanya sama dengan jenang biasa. Tapi ya sedikit ada seratnya. Itu efek tambahan kulit durian, " jelasnya.
Perhitungannya, kata dia, satu karung kulit durian bisa menghasilkan satu kilogram tepung. Sedangkan satu kali produksi dibutuhkan 15 sendok tepung kulit durian dan setengah sendok teh tepung tulang ikan.
"Satu kali produksi, mereka mampu menghasilkan 500 gram jenang. Jenang ini lebih tahan lama, kalau jenang biasa satu minggu sudah keras. Ini bisa tahan dua minggu," ujar Luluk
Baca juga:
Mahasiswa KKN UINSA Meninggal Terseret Ombak Saat Berwisata di Pantai Jember
Sementara, dosen pembimbing Titah Sayekti menambahkan proses pembuatan produk ini sejak enam bulan lalu. Sebab, kesulitan utama mencari formulasi yang tepat.
Dia mengaku dana yang dikeluarkan hanya Rp300 ribu. "Yang mahal saat pengujian laboratorium dari nilai gizi yang ada di dalam jenang. Tapi kalau bahan termasuk murah, karena dari limbah," kata Titah.
Titah ingin dengan adanya inovasi olahan jenang ini bisa diperjualbelikan ke masyarakat. Terutama sebagai makanan oleh-oleh yang bergizi.
"Kulit durian ini bisa jadi subtitusi tepung beras, jadi pemanfaatan limbah. Kalau tulang ikan lele diambil kalsiumnya," pungkas Titah.
URL : https://jatimnow.com/baca-39930-mahasiswa-iain-ponorogo-sabet-juara-pertama-oase-di-aceh