Pixel Codejatimnow.com

Gubernur Soekarwo Bicara Pancasila, Gotong Royong dan Kesantunan

Editor : Budi Sugiharto  

jatimnow.com - Gubernur Jawa Timur Soekarwo merasakan akhir-akhir ini pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap ideologi Pancasila berangsur luntur.  Sebaliknya,  ia berharap budaya gotong royong dan kesantunan tetap terjaga.

Sehingga timbul berbagai konflik bernuasa 'SARA', propaganda paham radikalisme, terorisme, narkoba dan persoalan lainnya yang dapat menjadi ancaman serius bagi Bangsa Indonesia.

"Konsep ideologi Pancasila ini sudah final. Namun demikian, Pancasila seolah hanya sebatas living ideology," kata Soekarwo.

Demikian disampaikan di sela acara Forum Group Discussion 'Membangun budaya politik santun berbasis nilai-nilai Pancasila di Jawa Timur di ruang Badan Musyawarah DPRD Provinsi Jawa Timur, Jalan Indrapura, Surabaya, Senin (5/3/2018).

Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo ini menyambut baik kegiatan FGD yang diikuti perwakilan dari Polda Jatim, Bawaslu Jatim dan KPU Jatim, sebagai bentuk working ideology dalam kehidupan berdemokrasi, berdiskusi dan bermusyawarah.

"Musyawarah merupakan budaya khas bangsa Indonesia dan cerminan nilai-nilai dalam Pancasila," ujarnya.

Musyawarah juga dinilai sebagai sarana untuk menghasilkan keputusan atau rekomendasi yang didasari semangat kebersamaan dan gotong royong sebagai bentuk budaya politik yang santun.

Budaya politik santun, kata Soekarwo, memiliki tiga peran penting dalam memperkokoh kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pertama, etika politik mengandung misi, agar setiap pejabat dan elit politik bersikap jujur, amanah, berjiwa besar, sportif, siap melayani dan memiliki keteladanan.

Siap mundur dari jabatan publik, jika terbukti melakukan kesalahan dan kebijakannya bertentangan dengan hukum serta rasa keadilan pada masyarakat.

Kedua, sebagai bentuk upaya penanaman kesadaran bahwa, politik yang diperjuangkan bukan hanya kekuasaan. Tapi juga demi kesejahteraan masyarakat.

Ketiga, budaya politik santun, bersih dan beretika diperlukan untuk membuat para elit politik menjauhi sikap dan perbuatan yang dapat merugikan bangsa.

"Di Jawa Timur, budaya musyawarah selalu diterapkan pada setiap keputusan politik yang akan dibuat. Bahkan, kami memiliki tagline, tidak ada faksi-faksi. Yang ada hanya Faksi Jawa Timur," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi A DPRD Provinsi Jawa Timur Freddy Purnomo mengatakan, dalam peta politik, Jawa Timur merupakan barometer politik nasional setelah DKI Jakarta.

Politisi dari Fraksi Partai Golkar ini menilai, maraknya berita hoax melalui media sosial, maupun isu yang berbau rasis, dapat mempengaruhi kelompok tertentu dalam bertindak.

"Saya berharap, melalui kegiatan ini semua peserta yang hadir dapat berperan aktif. Sehingga bisa memberikan solusi tepat pada musim politik sekarang ini," jelas Freddy.

Reporter: Rois Jajeli
Editor: Budi Sugiharto

Baca juga:
Bedanya Zakat melalui Baznas: Kontribusi Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat