Surabaya - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa disebut lebih layak menjadi calon presiden (capres) ketimbang wakil presiden (wapres) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Hal itu diungkap dalam diskusi terpumpun 'Menakar Peluang Khofifah dalam Pilpres 2024' yang digelar lembaga kajian yang fokus pada kajian strategis dan riset, Lingkar Studi Demokrasi Indonesia (LiDI) di Surabaya, Kamis (24/2/2022).
Direktur Eksekutif LiDI, Ainul Mutaqin mengatakan, Khofifah lebih layak menjadi presiden berdasarkan 6 indikator calon kepemimpinan nasional yang sehat dan bersih tanpa adanya catatan masalah yang menyandungnya.
Diprediknya jika calon presiden yang tersandung 6 indikator tersebut tentunya bakal sulit untuk mencapai visi Indonesia 2045.
"Ada 6 indikator penting menuju kepemimpinan nasional yang sehat dan bersih. Tidak terkait kasus korupsi, tidak terlibat konflik sumberdaya alam, tidak politisasi isu agama, bukan bagian dari oligarki politik atau kartel, bukan bagian dari dinasti politik dan tidak berisik di media, tapi lupa prestasi," terang Ainul kepada wartawan.
"Indikator di atas yang membuat Khofifah layak, bukan hanya wakil presiden tapi presiden. Khofifah adalah gambaran dari 6 indikator di atas," tambahnya.
Direktur Program LiDI, Zaki Astofani menambahkan bahwa ke depan pihaknya akan fokus pada upaya membumikan gagasan Khofifah. Dicontohkannya, dengan tema Khofifah-fest atau agenda strategis membangun Indonesia melalui ide-ide brilian Khofifah.
"Kami sudah merancang semacam best practice untuk memberi gambaran pada publik tentang ide Khofifah dalam hal pemberdayaan, kesadaran literasi, politik santun dan ekonomi rakyat," ujar Zaki.
Baca juga:
Mencari Pemimpin Millenial untuk Surabaya
Hal senada disampaikan pengamat politik Universitas Airlangga, Aribowo. Bahwa secara kapasitas dan pengalaman Khofifah memang layak menjadi presiden.
"Prediksi saya maksimal tiga pasangan capres-wapres. Dalam kondisi ini Khofifah sangat punya kesempatan besar. Bukan hanya wapres tapi bisa capres," tegas Aribowo.
Tetapi doktor politik Unair tersebut juga memberikan catatan bahwa Khofifah harus lebih serius dan fokus untuk meningkatkan elektabiltasnya. Karena ada kecenderungan elektabilitasnya mulai menurun di tengah capres lain yang sudah mulai bergerak.
Hal tersebut diperkuat doktor Muda Ilmu Politik Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Agus Mahfud Fauzi yang menyebutkan bahwa Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama itu juga memiliki etos yang luar biasa.
Baca juga:
AMJ Minta Anggotanya Move On dari Kubu-kubuan Pilpres-Pileg 2024
"Khofifah punya etos yang luar biasa. Gagal dua kali dalam Pilgub Jatim tapi tidak menyerah. Tidak semua pemimpin mampu begitu. Selain itu, Khofifah punya modal simbolik, yakni ketua Muslimat dan ketua PBNU. Ditambah lagi pengalaman jadi menteri dan pengalaman terlibat di PPP, PKB dan pemenangan tim Jokowi. Hal tersebut yang membuat Khofifah perlu dipertimbangkan," tutur Agus.
Agus menambahkan, Khofifah akhir-akhir ini menjadi magnet. Namanya berusaha digandengkan dengan banyak capres. Hingga dia prediski bahwa siapapun capresnya, wapresnya Khofifah.
"Orang yang berusaha menggandengkan tentunya paham betul. Bahwa Khofifah punya potensi besar. Tetapi bukan berarti Khofifah tidak punya peluang jadi capres ketika banyak orang ingin menjadikannya wapres. Kemungkinan masih terbuka lebar untuk Khofifah jadi capres," urainya.
Diskusi terpumpun ini dihadiri beberapa pakar lintas kampus, di antaranya Prof. Dr. M Mas'ud Said (Guru Besar Ilmu Pemerintahan Universitas Islam Malang), Dr. Agus Mahfud Fauzi (Pakar Politik Universitas Negeri Surabaya), Dr. Aribowo (Pakar Politik Universitas Airlangga), Ahmad Sholikin, MA (Pakar Politik Universitas Islam Darul Ulum Lamongan), Satria Unggul Wicaksono, SH. MH (Dir. Pusat Studi Anti Korupsi dan Demokrasi UMSurabaya).
URL : https://jatimnow.com/baca-42064-ketika-para-akademisi-menakar-peluang-khofifah-dalam-pilpres-2024