Pixel Code jatimnow.com

Hari Jadi ke-453 Lamongan

Napak Tilas Sejarah Kejayaan Lamongan dalam Buku Garudhamukha

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Adyad Ammy Iffansah
Supriyo, salah satu penulis dan sejarawan Lamongan usai mengisi acara bedah buku Garudamukha (Foto: Adit/jatimnow.com)
Supriyo, salah satu penulis dan sejarawan Lamongan usai mengisi acara bedah buku Garudamukha (Foto: Adit/jatimnow.com)

Lamongan - Menapaki perjalanan Kabupaten Lamongan sebagai satu bagian penting dari sebuah sejarah. Untuk itu, pemkab setempat menggelar bedah buku Garudhamukha.

Kegiatan tersebut masuk dalam rangkaian menyambut Hari Jadi Lamongan (HJL) ke-453 yang akan jatuh pada 26 Mei 2022.

Pertemuan itu banyak mengulas napak tilas kejayaan di bumi Lamongan yang konon pernah digdaya pada abad XI-XV M yang berhasil dijadikan buku bunga rampai yang ditulis beberapa tokoh.

Diceritakan Bupati Lamongan Yuhronur Efendi (Pak Yes), tepat 1000 tahun lalu, kejayaan Lamongan telah dimulai. Yaitu dibuktikan melalui pengukuhan Prasasti Cane oleh Sri Maharaja Airlangga di Desa Candisari, Kecamatan Sambeng dengan simbol Garudamukha.

"Bahwa tiada kejayaan tanpa perjuangan. Memang untuk mencapai sesuatu itu harus lewat perjuangan. Jelas ini sesuai visi saya bersama Kiai Rouf mewujudkan kejayaan Lamongan yang berkeadilan," ujar Pak Yes di Aula Gajah Mada Gedung Pemkab Lamongan, Selasa (24/5/2022).

Menurut Pak Yes, sepenggal kisah itu bisa menjadi motivasi dan spirit untuk mewujudkan Lamongan yang lebih majemuk. Dia pun berharap setiap warga Lamongan berperan serta dalam membangun bumi kelahirannya.

Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi saat membuka acara bedah buku (Humas Pemkab Lamongan for jatimnow.com)Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi saat membuka acara bedah buku (Humas Pemkab Lamongan for jatimnow.com)

Baca juga:
Buku Paradoks Indonesia, Bayu Airlangga: Solusi Konkret Prabowo Majukan Ekonomi

"Kedepankan prinsip kolaborasi, artinya kita bergandeng tangan, bersama-sama untuk membuat kekuatan untuk menuju pembangunan inklusif. Lantas apa itu pembangunan inklusif? Yakni pembangunan yang terbuka, siapa saja ikut serta dan saling menghargai bersama-sama bergerak untuk mencapai visi dan misi bersama," jelas dia.

Sementara sejarawan Lamongan, Supriyo menyampaikan bahwa banyak hal terkait penemuannya selama ini. Dia bahkan sangat kagum dan takjub akan kejayaan masa lampau di bumi Lamongan.

"Banyak sekali prasasti di Bumi Lamongan, selain Prasasti Cane. Ada juga Prasasti Balawi Tahun 1227 s/1305 M (Blawirejo), Prasasti Lamongan (Jayanegara), Prasasti Biluluk dan banyak lagi prasasti-prasasti yang ditemukan," beber Supriyo.

Baca juga:
Bedah Buku Dramaturgi Politik Elektoral, SRC Janji jadi Agen Kontrol Demokrasi

Selain prasasti, lanjut Supriyo, banyak juga ditemukan keramik dari berbagai negara yang sangat antik dan bernilai seni tinggi.

"Tentu ini menunjukkan masyarakat Lamongan sangat makmur dan sejahtera," terang dia.

Acara juga turut diikuti kepada desa dan kepala sekolah tingkat SD hingga SMA se Lamongan, juga penulis buku, Supriyo serta narasumber lainnya seperti Dwi Cahyono (Dosen Universitas Negeri Malang) serta Adrian Perkasa (Dosen Universitas Airlangga) secara virtual dari Universitas Leiden, Belanda.

Kiai Cabul di Trenggalek Didakwa 5 Pasal Berlapis
Patroli

Kiai Cabul di Trenggalek Didakwa 5 Pasal Berlapis

"Jadi ada 3 UU yang didakwakan terhadap terdakwa, yakni UU perlindungan anak, tindak pidana kekerasan seksual dan KUHP," papar Kasi Pidana Umum Kejari Trenggalek, Yan Subiyono.