Pixel Codejatimnow.com

Muhibah Jalur Rempah Ditutup, Akan Diusulkan Jadi Warisan Budaya Dunia

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Achmad Supriyadi
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari saat terima cindera mata KRI Dewaruci. (Foto: Fauzan for jatimnow.com)
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari saat terima cindera mata KRI Dewaruci. (Foto: Fauzan for jatimnow.com)

Mojokerto - Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci telah bersandar kembali di Dermaga Madura, Koarmada II, Surabaya menandakan Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 berakhir.

Muhibah Budaya Jalur Rempah ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) ini bekerja sama dengan TNI AL.

KRI Dewaruci membawa sebanyak 147 pemuda-pemudi dari 34 negara itu selama 30 hari lebih diajak belajar dan menempuh jalur perdagangan rempah atau merekonstruksi ulang sejarah dan perkembangan rempah di Nusantara.

Kegiatan puncak berakhirnya Muhibah Budaya Jalur Rempah digelar di halaman Rumah Rakyat Kota Mojokerto.

"Alhamdulillah Kota Mojokerto ini sudah menjadi bagian dari agenda muhibah jalur rempah untuk tahun yang kedua di tahun 2022. Kami sangat berterima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepada Kota Mojokerto," kata Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari, Sabtu (2/7/2022) malam.

Kota Mojokerto memang tidak menjadi salah satu titik pelayaran tersebut. Namun, berdasarkan fakta historis, letak gegrafis Mojokerto tidak bisa dilepaskan dari bagian dari jalur rempah yang berlangsung sejak berabad-abad lalu.

"Mojokerto menjadi pusat dari pemerintahan Kerajaan Mojopahit, yang wilayahnya meliputi sebagian besar Asia Tenggara atau dulu dikenal istilah Nusantara. Bahkan sejumlah literasi sejarah pun menyebut jika salah satu dermaga Majapahit terletak di sekitar lokasi kita saat ini, di depan Rumah Rakyat ini kan ada Sungai Brantas," terang perempuan yang akrab disapa Ning Ita ini.

Baca juga:
Mas Pj Ajak Tingkatkan Literasi dengan Komolib, Warga Mojokerto Sudah Tahu?

Istilah Jalur Rempah sendiri berkaca pada bagaimana sejak zaman kerajaan Mojopahit, era penjajahan, hingga kemerdekaan saat ini, rempah masih menjadi komoditi perdagangan lintas global. Lebih lanjut, jalur rempah kemudian bukan sekadar lintas perdagangan semata, melainkan di situ juga terjadi pertukaran budaya, akulturasi dan bahkan melahirkan suatu peradaban.

Berkat kekayaan nilai historis dan memiliki peran penting dalam peradaban global inilah, pemerintah Indonesia kedepan menargetkan jalur rempah sebagai salah satu warisan budaya tak benda (intangible) Unesco.

"Semoga jalur rempah bisa diakui oleh Unesco sebagai bagian dari warisan budaya intangible dan Kota Mojokerto berhak bangga karena menjadi bagian dari ikhtiar pemerintah dalam mencapai hal tersebut," ungkap Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga, Didik Suhardi.

Baca juga:
Mengenal Program Neo Baksos MAK Pemkot Mojokerto

Sebagai informasi, acara malam itu dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Aspotmar Pangkoarmada II Laksamana Muda TNI Tolhas Sininta Nauli Basana Hutabarat, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Agus Suprapto.

Kemudian turut hadir Staff Ahli Mendikbudristek Bidang Hubungan Kelembagaan Dan Masyarakat Muhammad Adlin Sila, Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Fitra Arda, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Restu Gunawan.

Serta Inspektur 1 Inspektorat Jenderal Muhaswad Dwiyanto, Pamong Budaya Ahli Utama Siswanto, Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan Jazziray Hartoyo, Asisten 1 Provinsi Jatim Benny Sampirwanto, Auditor Utama Inspektorat Jenderal, Prabarini Prima Nangsih, Kepala BPNB Yogyakarta, Dwi Ratna Nurhajarini, Kepala BPCB Jatim, Zakaria Kasimin, Kepala LPMP Jatim, Rizqi, jajaran Forkopimda Kota Mojokerto dan 35 orang Laskar Rempah Tim Cendana. (ADV)